Wahyu Wiji Astuti, lahir di Medan 8 November 1988. Mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan, stambuk 2007 ini bergiat di Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK) dan UKM Pers Mahasiswa Kreatif UNIMED.
Karyanya memenangkan Festival Cerpen Sumatera Utara. sayembara cipta cerpen HMJ BSI se-Sumatera Utara, lomba cipta cerpen pada HUT Harian Global dan sebagainya. Karya-karyanya termaktub dalam antologi cerpen Artefak Cerita Pendek Indonesia, Cermin, antologi puisi Suara Peri dan Mimpi, dan antologi feature berjudul Pencari. Selain itu karya-karyanya terbit di media massa dan majalah Kreatif Unimed.
Alamat: Aspol B. Selamat, Jln. Kapten M Jamil Lubis Blok BB no. 15 Medan 20223.
seorng pejalan tangguh. Senang menikmati udara terik atau malam serta ruas-ruas jalan yg lengang. Lebih ska sendirian pd waktu2 tertentu. Labirin buku2 wawasan dan romantis. Menyeruput coffe dan tembakau. Meditasi.Olahraga Tarung. Pengidap gejala insomia. Notebook berupa ingatan. Kertas2 lusuh di file perkuliahan. Baginya hidup adalah men-decode setiap peristiwa, titian, dan tanda menjadi makna. Ia lebih senang duduk lama dgn khayalan cinta.Memegang teguh janji dan prinsip. Sering menyaksikan orang-orang dgn rupa segan. Bercerita. Berimajinasi. Bercanda. Tertawa bersama kelompok kecil. Berbagi keluhan.Waktu baginya adalah mimpi. Kadang seperti sebuah lingkaran. Sesuatu yang berubah menjadi tiga wajah garis lurus vertikal, horizontal, dan membujur. Atau sesuatu yang berlaku dengan jutaan kemungkinan yang pasti. Ia kesulitan mengenali dirinya sendiri. Menghafal orang dari wajah dan cara bertutur. Kekasih yang jauh. Suka Film bagus. Tertarik kecantikan. Rock n Roll atau melow. Muhammad dan Bil gates.Gibran dan Putu wijaya.Axl,Curt,Marley,Jovi,Dhani,Bim2. Sains, filsafat,sicology dan spiritualitas. Martial art.Musik.Renang.Di atas semua itu, ia lebih tepat disebut orang gila
Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya
Saya kelahiran Sipirok, sebuah kota kecil di Tapanuli Selatan, 37 tahun lalu. Lama berkegiatan di dunia jurnalistik (sejak 1993), lalu 2009 memutuskan berhenti. Sekarang saya lebih banyak berteman dengan rekan-rekan pendidik dan murid-murid mereka. Saya hanya seorang murid yang tak pernah puas mengejar ilmu. Kompasiana merupakan institusi pendidikan baru bagi saya.