Sekolah daring selama pandemi yang dilaksanakan sudah cukup lama menimbulkan pro dan kontra di kalangan pelajar khususnya para siswa SMA.Â
Terdapat pro yang mana ada beberapa siswa lebih menyukai sekolah daring karena sudah terlanjur nyaman dan menurut mereka lebih menghemat waktu tanpa harus keluar rumah. Tapi, banyak juga yang kontra dengan sekolah daring saat pandemi ini. Mereka merasa bosan dirumah, kurang memahami materi dan menjadi malas karena tugas yang jadi lebih banyak daripada sekolah luring sebelum pandemi.
Bicara soal sekolah daring, salah satu mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang pernah melakukan kegiatan mengajar sebagai relawan sembari survei bagaimana cara belajar siswa SMAN 10 Malang sebelum pandemi. Dari hasil survei tersebut ternyata ada kaitannya dengan sekolah daring saat ini.
Survei menyimpulkan bahwa terdapat dua tipe gaya belajar siswa SMAN 10 Malang yaitu visual dan auditori. Gaya belajar visual bergantung pada penglihatan saat proses pembelajaran, siswa cenderung lebih mudah paham dan mengerti jika melihat secara langsung. Beda dengan siswa yang memiliki gaya belajar auditori, mereka lebih mengandalkan pendengaran untuk menerima informasi dan materi pembelajaran. Biasanya mereka tidak masalah dengan tampilan visual pembelajaran asalkan disampaikan secara baik dan jelas.
Dari hasil survei tersebut terdapat kaitannya dengan sekolah online selama pandemi saat ini. Bagi mereka yang pro dengan sekolah online kemungkinan mereka memiliki gaya belajar auditori, seperti yang kita ketahui bahwa sekolah online lebih banyak menggunakan aplikasi vicon (video conference) yang mana lebih dibutuhkan audionya karena dilakukan secara daring. Dan tentu saja para siswa yang kontra dengan sekolah online kemungkinan besar memiliki gaya belajar visual yang mana mereka butuh melihat secara langsung materi pembelajaran yang di sampaikan sehingga mereka lebih paham ketimbang melalu daring yang hanya terpaku di depan laptop atau gawai.
Seiring berjalannya waktu selama pandemi, pada tahun ini akhirnya sekolah sudah diperbolehkan untuk melakukan tatap muka meskipun tidak full time dan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, dibukanya sekolah ini ternyata lebih banyak menarik hati para siswa yang sudah lama menginginkan sekolah secara tatap muka yang mana artinya sebagian besar siswa lebih banyak menyukai gaya belajar secara visual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H