Mohon tunggu...
Wahyu Adityo  Prodjo
Wahyu Adityo Prodjo Mohon Tunggu... -

Individu yang terus belajar dan mengaplikasikan ilmunya demi perkembangan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenangan Antara Soemantri Brodjonegoro dan Mapala UI

4 Juli 2014   09:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:32 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soemantri Brodjonegoro adalah seorang ilmuwan dan teknokrat yang mendedikasikan hidupnya di bidang ilmu pengetahuan maupun di bidang-bidang lainnya untuk bangsa. Soemantri Brodjonegoro juga merupakan Rektor Universitas Indonesia yang menjabat di dua masa kepemimpinan yaitu 1964-1968 dan 1968-1973 (http://id.wikipedia.org/wiki/Sumantri_Brodjonegoro). Pada tahun 1964, ia -Soemantri Brodjonegoro- diangkat menjadi Rektor Universitas Indonesia oleh Presiden Sukarno (Nizam Yunus, 2007:3). Namun pada tanggal 18 Desember 1973,  Prof. Soemantri dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa pada umur 47 tahun. Pengabdian hidupnya dikenang oleh masyarakat Indonesia dengan jejaknya yang dalam. Begitupun dengan sekelumit cerita dengan organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia yang terkenang ketika melakukan ekspedisi pendakian ke Puncak Jaya, Pegunungan Jayawijaya, Papua.

Berikut ini adalah tulisan yang ditulis ulang dari sebuah artikel di dalam buku "Soemantri Brodjonegoro, Teguh di Jalan Yang Lurus karya Nizam Yunus yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbit FEUI pada tahun 2007 yang berjudul "Dengan Mahasiswa Pendaki Gunung". Penulis buku tersebut juga merupakan anggota Mapala UI dengan nomor anggota (M-065-UI). Sebuah penghormatan kepada Alm. Prof. Soemantri Brodjonegoro, Alm. Nizam A. Yunus, dan Mapala UI. Tulisan ini dilengkapi ilustrasi foto kegiatan ekspedisi Puncak Jayawijaya milik Mapala UI yang tidak ada di dalam buku aslinya.
____________________________________________________________________________

[caption id="attachment_346181" align="aligncenter" width="300" caption="Prof. Soemantri Brodjonegoro merupakan tokoh penting yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan bangsa Indonesia. Sumber: Wikipedia"][/caption]

Pada tahun 1970, mahasiswa pendaki gunung anggota Mapala UI meminta izin kepada Rektor untuk melakukan ekspedisi pendakian ke Puncak Carstens yang ditutupi salju, di Pegunungan Jayawijaya, Irian Barat (nama Papua ketika itu). Prof. Soemantri agak terkejut dengan niat para mahasiswa itu karena menurut pikirannya, mana mungkin mahasiswa yang masih muda ini, tanpa pengalaman, akan bisa melakukan pendakian ke puncak bersalju itu. Setelah mendengarkan permohonan dan penjelasan dari para mahasiswa tentang maksud mereka, ia bertanya, apakah tidak berbahaya?

Prof Soemantri sudah tahu medan pegunungan itu karena ia pernah meninjau pembangunan pertambangan PT. Freeport yang berada di d Pegunungan Jayawijaya tersebut. Oleh karena itulah ia ragu bahwa pendakian itu akan bisa dilakukan. Ia mengkhawatirkan keselamatan para mahasiswa itu. Maka ia pun menolak memberikan izin.

Tapi para mahasiswa tidak mundur. Setelah ditolak, mereka tetap bersikeras meminta diizinkan, dan Prof. Soemantri tetap tidak memberikan izin. Setelah cukup lama tidak berhasil menyakinkan Rektor, pimpinan ekspedisi Henry Walandouw (mahasiswa FIPK, sekarang FISIP), mendatangi Ketua DMUI Hariadi Darmawan, meminta Hariadi membantu mendapatkan izin rektor. Hariadi pun menghadap Rektor dan turut meminta izin itu, sekaligus Hariadi ingin menunjukkan dukungan DMUI terhadap rencana ekspedisi tersebut.

Hariadi menceritakan bahwa untuk meyakinkan Rektor memang tidak mudah karena menurut Prof. Soemantri pendakian itu berbahaya. Alasan yang dikemukakan Hariadi untuk meyakinkan Prof. Soemantri adalah bahwa kegiatan itu positif dan menunjukkan mahasiswa tidak hanya suka ribut urusan politik saja. Apabila alasan keberatan rektor adalah karena mengkhawatirkan keselamatan tim ekspedisi, paling tidak berikan saja izin mendaki sampai ke batas daerah yang tidak berbahaya.

Akhirnya, setelah Ketua DMUI ikut memintakan izin, Prof. Soemantri bersedia memberi izin, tapi ia akan meninjau lebih dulu daerah tujuan ekspedisi itu. Ia memang kemudia pergi meninjau lokasi dengan helikopter milik PT. Freeport. Sekembalinya dari peninjauan itu, ia bersedia memberikan izin ekspedisi, tetapi melarang para anggota MAPALA mendaki daerah bersalju. "Berbahaya, saya lihat salju-salju berjatuhan terus. Kalian sendiri kan belum berpengalaman mendaki di medan yang demikian" katanya.

Setelah mendapat izin, pimpinan ekspedisi Henry Walandouw dan seorang anggota tim ekspedisi Heru Budiargo (mahasiswa FE), menemui Prof. Soemantri meminta Surat Rekomendasi Rektor, untuk mereka gunakan mengurus berbagai hal guna pelaksanaan ekspedisi tersebut, termasuk mencari sumbangan. Dalam pertemuan itu, Prof. Soemantri menyampaikan bahwa ia senang dengan kegiatan ekspedisi itu karena kegiatan itu menunjukkan suatu idealisme yang baik. Tetapi ia menyarankan agar kegiatan ini menampilkan segi ilmiah, sesuai dengan ciri perguruan tinggi. Aspek ilmiah perlu ditonjolkan. Maka dalam surat rekomendasi, ekspedisi ini disebut sebagai ekspedisi ilmiah. Saat itu ia tetap melarang pendakian ke puncak salju.

Sejak itu para anggota MAPALA yang akan mengikuti ekspedisi beberapa kali menghadap Prof. Soemantri karena ia meminta melaporkan perkembangan persiapan ekspedisi itu. Dasar anak muda, setiap bertemu para mahasiswa itu terus berusaha meminta diizinkan mendaki puncak salju. Henry Walandouw, pimpinan ekspedisi, dan Hadijojo, salah seorang anggota tim pendaki yang kebetulan adalah mahasiswa FIPIA dan telah kenal Prof. Soemantri, bercerita bagaimana mereka beramai-ramai terus berusaha menyakinkan Prof. Soemantri bahwa mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapi medan salju itu, agar diizinkan mendaki puncak salju.

"Walau belum pernah, kita kan perlu pengalaman baru, dan kita sudah berlati mempersiapkan diri". "Ini kan kesempatan kami untuk learning by doing". Begitulah antara lain argumen-argumen yang mereka sampaikan bersama-sama kepada Prof. Soemantri. Setiap datang menemui Rektor, mereka membawa argumen baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun