Mohon tunggu...
Moh Wahyu Syafiul Mubarok
Moh Wahyu Syafiul Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Part time writer, full time dreamer

No Sacrifices No Victories

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menabuh Genderang Ekonomi Hijau

21 Agustus 2022   23:33 Diperbarui: 22 Agustus 2022   23:00 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ekonomi hijau. (sumber: KOMPAS.ID/HERYUNANTO)

Rilis laporan dari IRENA pada tahun 2020 kemarin menyebut bahwa akan ada 9 juta jenis pekerjaan yang tecipta akibat kesuksesan melaksanakan transisi energi.

Indonesia sendiri memiliki agenda lain ketika berselancar di atas ombak transisi energi. Tidak hanya persoalan etis terhadap lingkungan dengan pemenuhan target Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia turut berpeluang untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap) melalui skema ekonomi hijau.

Tidak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan, ekonomi hijau juga diproyeksikan turut mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan sosial.

Tentu, untuk menggenjot infrastruktur ekonomi hijau, pemerintah telah melakukan beberapa inisiatif. Seperti mengobral berbagai fasilitas fiskal dan keuangan guna menarik minat para investor. 

Kehadiran instrumen fiskal turut membutuhkan dukungan aktif industri jasa keuangan, guna lebih mengakselerasi ekonomi hijau di Indonesia. Keterlibatan pihak swasta juga menjadi strategi yang krusial. Bagaimanapun, pengurangan emisi karbon kita turut membutuhkan dana yang tidak sedikit. 

Dengan kehadiran pihak swasta, tentu beban modal akan lebih bisa terdistribusi. Mengacu kepada kalkulasi yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan, untuk mengejar target penurunan karbon tahun 2030, dibutuhkan setidaknya 266 triliun rupiah setiap tahunnya. 

Apabila dilakukan proyeksi semenjak 2017, maka Indonesia membutuhkan anggaran hampir 3.500 triliun rupiah untuk mencapai target penurunan emisi.

Setidaknya, momentum Presidensi G20 Indonesia telah mendorong pemerintah kita untuk mengidentifikasi tantangan transisi energi seperti yang telah kita ulas di atas. 

Kita masih menanti langkah konkrit seperti apa yang akan dilaksanakan dan semoga terlepas dari siklus kekuasaan lima tahunan. Pada akhirnya, forum G20 hendaknya menjadi meja untuk membangun lebih banyak kolaborasi demi kemudahan akses guna mempercepat transisi energi. 

Bagaimana pun, negara dengan beban yang berat harus mendapatkan sokongan dari negara yang telah memiliki tren positif dalam transisi energi maupun ekonomi hijau. Sekali lagi, kolaborasi dan sinergi adalah simpul untuk menabuh genderang ekonomi hijau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun