Semakin hari kita dikejutkan oleh eskalasi pertumbuhan teknologi yang begitu mengagumkan. Mulai dari kecerdasan buatan yang konon akan melampaui kemampuan manusia sampai yang terbaru hadirnya Metaverse. Sebuah dunia baru yang akan melipat ruang dan waktu, memungkinkan interaksi secara real-time di dunia virtual 3 dimensi. Tentu, kita perlu berterima kasih kepada semikonduktor, yang telah memungkinkan semua ini terjadi.
Terminologi semikonduktor merujuk pada sifat material tertentu, seperti material silikon yang mampu menghantarkan listrik bila ada pemicu seperti panas maupun tegangan listrik. Hal ini yang membuat material semikonduktor unik, tidak sepenuhnya menghantarkan listrik seperti tembaga, melainkan juga dapat berperan sebagai isolator seperti kayu maupun kain.
Sifat ini pertama kali ditemukan pada abad ke-19, dan mulai diterapkan secara praktis pada 1950-an pada pembuatan transistor. Momen tersebut kemudian memicu berbagai macam inovasi teknologi, seperti kehadiran radio transistor. Evolusi dari radio yang lebih ringkas dengan kebutuhan daya listrik sangat kecil, sehingga hanya membutuhkan sebuah baterai sebagai catu daya. Lebih jauh, kehadiran semikonduktor juga membuka peluang inovasi melalui gerbang logika kelistrikan yang bersifat biner: 1 (ada sinyal listrik) dan 0 (tidak ada sinyal). Hal ini kemudian memicu perangkat komputasi atau computer yang mengeksploitasi gerbang logika biner tersebut.
Teknologi yang semakin maju turut ditopang oleh evolusi industri semikonduktor. Dari integrated circuit (IC) yang dalam satu unitnya setara memuat 10-1.000 transistor, kini kita berada di era cip. Satu cip silikon berukuran sebutir pasir memuat setara berjuta-juta transistor. Komputer lebih kecil, lebih cepat. Fakta-fakta tersebut membawa kita ke sebuah pemahaman mendasar, bahwa cip menjadi jantung kemajuan. Bagaimanapun, cip menjadi elemen terpenting dalam semua produk, mulai dari jam tangan sampai peluru kendali.
Sehingga tak heran bila perseteruan Amerika Serikat dan China turut membawa rantai pasok cip ke medan persaingan. Mantap Presidan AS, Donald Trump, pun turut mencoba menggoyang rantai pasok cip terbaru ke China. Di lain sisi, kebutuhan China akan semikonduktor sangat besar. Setidaknya 60 persen rantai pasok semikonduktor dunia diserap oleh China. Menariknya, Taiwan, wilayah yang mengklaim diri terpisah dari China, memegang peranan penting dalam rantai pasok global semikonduktor melalui Taiwan Semiconductor Corporation (TSMC).
Potret yang terjadi sepanjang tahun 2021 mengisyaratkan, selain sebagai simbol kedigdayaan negara dalam teknologi, semikonduktor turut menjelma sebagai entitas yang sangat krusial di tengah melonjaknya kebutuhan perangkat komputasi sepertil laptop hingga server untuk komputasi awan (cloud computing). Chad P Bown pernah menulis di Foreign Affairs tentang The Missing Chips (July, 2021). Ia menyoroti waktu tunggu pesanan cip bertambah empat minggu lebih lama (menjadi 18 minggu) disbandingkan puncak pemesanan sebelumnya, Hal tersebut kemudian memicu kelangkaan yang membuat pabrik mobil berhenti beroperasi. Pabrik microwave, lemari es, hingga mesin cuci gagal memenuhi pesanan konsumen akibat cip yang belum datang.
Maka, jelas sudah bagaimana rantai pasok cip menjadi hal krusial dalam pengembangan teknologi. Mereka yang merajai industri cip pastinya akan menang. Maknanya, cip turut menjadi simbol kedigdayaan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H