Mohon tunggu...
Wahyu Setyo Budhi
Wahyu Setyo Budhi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

a chemist, an activist, adventurer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Formulasi Sebuah Tujuan

23 Oktober 2012   05:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:30 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Video ini, mungkin menjadi video TEDx terbaik sepanjang saya menyaksikan puluhan episode TED Talks yang diungga dalam website resmi TEDx atau menyaksikannya via YouTube. Video ini mungkin terkesan adalah sebuah video tentang strategi marketing, namun jika saya meniliknya dan mengkajinya lebih dalam, video ini bisa memberikan sebuah pelajaran tentang makna sebuah tujuan, dari sebuah kata tanya “Mengapa.” Mengapa Anda harus sukses? Mengapa Tuhan harus mengizinkan Anda sukses? Mengapa Tuhan harus menjawab do’a Anda? Mengapa Anda harus menjadi bahagia? Mengapa Anda harus mendapatkan posisi yang menjanjikan masa depan Anda? Mengapa produk yang Anda jual, harus laku di pasaran? Mengapa Anda yang harus terpilih? Mengapa Anda harus punya harapan?

Video yang berdurasi kurang lebih 18 menit ini (jika Anda mengunggahnya via website resmi TEDx) dibuka dengan 2 pertanyaan sederhana “How do you explain when things don't go as we assume? Kemudian, “How do you explain when others are able to achieve things that seem to defy all of the assumptions?” Dua pertanyaan dasar tadi menjadi pembuka, sekaligus “pemantik” mengapa orang-orang besar itu, dapat melakukan hal-hal luar biasa yang terkadang hal-hal tersebut mustahil bagi kita, ada apa dibalik itu? Mengapa mereka bisa melakukannya? Adakah sebuah rahasia didalamnya? Atau apakah hal itu hanya sebuah kebetulan dan mukjizat dari Tuhan yang turun dari langit begitu saja?

Simon kemudian menjelaskan dengan memberi contoh dari salah satu perusahaan komputer besar dunia, Apple. Tentang bagaimana perusahaan besar ini dapat menjadi kompetitor yang cukup diperhitungkan, bagaimana produk-produk dari Apple dapat begitu inovatif? Kemudian, Simon member contoh lain tentang apa yang telah dilakukan Dr. King soal “aksi” yang beliau lakukan di Amerika, kemudian Wright bersaudara, dua kakak-beradik yang tidak punya apa-apa, kemudian menjadi apa-apa karena penemuannya yang saat ini menjadikan Tony Fernandes menjadi salah satu milyarder di Asia Tenggara. Apa sebetulnya yang mereka lakukan? Mengapa mereka, bisa menjadi seperti itu?

“The Golden Circle” adalah salah satu penjelasan paling mengesankan (bagi saya pribadi) tentang apa yang terjadi dibalik hal-hal diatas. Sekarang, ada berapa banyak orang di negeri ini yang tahu apa yang mereka inginkan? Ada berapa banyak orang yang tahu apa tujuan mereka? Dan berapa banyak orang yang mampu mendeskripsikan dengan lugasnya, apa mimpi-mimpi mereka? Lalu, coba perhatikan ada berapa banyak orang yang mampu menjelaskan dengan rinci, bagaimana mereka melakukan hal-hal yang dapat membuat tujuan mereka tercapai? Bagaimana cara mereka menjual produk mereka? Bagaimana cara agar mereka bisa dikenal banyak orang? Bagaimana caranya, agar mereka dapat menjadi kaya raya? Tapi, coba perhatikan, ada berapa bayak orang yang mengerti betul, mengapa mereka harus disukseskan oleh Tuhan? Mengapa mereka harus dikaruniai kebahagiaan oleh Tuhan? Mengapa mereka pantas untuk sukses? Mengapa mereka pantas untuk dapat nilai A dalam ujian? Atau, mengapa mereka pantas untuk diberikan beasiswa belajar ke luar negeri? Mengapa?

Hal inilah yang kemudian saya letakkan diatas sebagai judul dari tulisan saya, sebuah formulasi dari sebuah tujuan. Terkadang, atau bahkan mungkin seringkali, orang-orang begitu sangat terfokus pada sebuah tujuan dan terfokus pada apa yang mereka mau, apa yang mereka inginkan, apa yang ingin mereka dapat. Tapi, tidak sedikit orang yang kemudian terdiam ketika ditanya, mengapa Anda pantas, mengapa Anda harus. Tidak sedikit orang yang begitu sangat bernafsu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi ketika mereka ditanya, dengan kata tanya “Mengapa” mereka tidak bisa menjawab selancar seperti ketika mereka ditanya dengan kata tanya “Apa”

“…People don't buy what you do; they buy why you do it. And if you talk about what you believe, you will attract those who believe what you believe...”
“…People don't buy what you do; they buy why you do it, and what you do simply serves as the proof of what you believe...”

Saya secara pribadi ingin mengajak Anda, bersama-sama untuk berpikir bahwa tidak ada hal yang paling menarik dari sebuah tujuan, dibanding sebuah pemahaman sederhana tentang mengapa kita; Anda dan saya harus menuju tepat ke tujuan tersebut, mendapatkan apa yang kita inginkan, dan memformulasikan tujuan tentang “Mengapa” kita melakukannya. Banyak orang mengeluh karena mereka tidak mencapai tujuan mereka, gagal dalam meraih karier yang akan mengkayakan mereka, gagal dalam mendapatkan beasiswa yang mereka impikan, hanya karena mereka terlalu fokus kepada tujuan tentang apa yang ingin mereka dapatkan dan hasil akhir yang mereka gadang-gadang, bukan membangun keyakinan bahwa ada sebab mereka pantas mendapatkannya, tentang mengapa.

“…Whether they're individuals or organizations, we follow those who lead, not because we have to, but because we want to. We follow those who lead, not for them, but for ourselves. And it's those who start with "why" that have the ability to inspire those around them or find others who inspire them...” (Simon Sinek)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun