Mohon tunggu...
wahyusetyaa
wahyusetyaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan bimbingan penyuluhan islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

saya merupakan seorang mahasiswa dari jurusan bimbingan penyuluhan islam UniversitasIslam Negeri Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cyber Counseling di Era Generasi Milenial

30 Mei 2024   20:52 Diperbarui: 30 Mei 2024   21:54 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://magistertresna.weebly.com/cyber-counseling.html

Fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat adalah maraknya global culture dan gaya hidup. Feneomena ini terjadi sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Perubahan ini ditandai dengan hadirnya teknologi informasi. Kini manusia memanfaatkan kecanggihan teknologi media online dalam pencarian informasi sehingga dapat diperoleh dengan cepat dan mudah. Setiap aktivitas manusia diseluruh dunia mampu dijangkau melalui media sosial seperti Instagram, facebook, twitter dan lain sebagainya. Media sosial adalah media online yang mendukung adanya hubungan yang intens antar individu dalam menggunakan teknologi berbasis web. Dampak araus globalisasi yang Dimana telah terjadi transformasi budaya dan nilai-nilai kehidupan dari berbagai negara yang nyaris tanpa filter telah berdampak negative bagi perkembangan kepribadian anak bangsa yang cenderung bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara yang religious dan humanis.

Berdasarkan pada Generation Theory yang dicetuskan oleh Karl Mannnheim pada tahun 1923 generasi milenial adalah generasi yang lahir pada rasio tahun 1980-2000. Fase penting yang terjadi saat generasi milenial tumbuh adalah perkembangan teknologi yang memasuki kehidupan sehari-hari. Generasi ini merupakan generasi yang melibatkan teknologi dalam segala aspek kehidupan. Bukti nyata yang dapat diamati adalah hampir seluruh individu dalam generasi ini memilih menggunakan smartphone. Generasi ini mempunyai karakteristik komunikasi yang terbuka, pengguna media sosial yang fanatic, kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi serta lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi. 

Melihat begitu pesatnya perkembangan teknologi informasi dan begitu lekatnya generasi milenial dengan teknologi maka konselor sebagai salah satu profesi professional harus mengembangkan keilmuan sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi. Cyber Counseling merupakan salah satu alternatif konseling yang sangat tepat sebagai model konseling pada era milenial. Proses konseling tidak hanya dimaknai sebagai pertemuan tatap muka antar konselor dengan konseli yang dilakukan dalam ruangan namun lebih dari itu konseling dapat dilakukan dengan format jarak jauh dan dengan bantuan teknologi yang dihubungkan oleh jaringan internet. Dalam konsep sederhana konseling dapat dimaknai sebagai proses bantuan yang diberikan konselor kepada konseli untuk menyelesaikan masalah. Prayitno mengemukakan bahwa proses konseling bertujuan membantu konseli untuk dapat memahami diri dan lingkungannya sehingga dapat membawa seseorang menuju kondisi yang membahagiakan, Sejahtera, nyaman dan berada pada kondisi kehidupan yang lebih efektif. 

Cyber Counseling secara umum dapat didefinisikan sebagai praktek konseling professional yang terjadi Ketika konselor dan konseli berada pada tempat yang berbeda dan memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui internet. Cyber Counseling merupakan layanan terapi yang relative baru. Salah satu model Cyber Counseling yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan generasi milenial yaitu Cyber Counseling berbasis E-mail Konseling melalui Email merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan dari layanan konseling tatap muka yang dimana konselor dan konseli dapat membahas mengenai masalah yang dihadapi konseli. Email dipandang sebagai pilihan umum dan efektif untuk konseling online. Sussman menjelaskan Email sebagai cara paling mudah bagi konselor untuk membangun komunikasi online dengan konseli. 

Email digunakan untuk konseling individu maupun kelompok. Murphy dan Mitchell (dalam McLeod 2006) memaparkan beberapa keunggulan konseling melalui Email antara lain: terdapat catatan permanen seluruh kontak konseling yang bermanfaat bagi konseli, konselor dan supervisor, mengetik merupakan cara efektif untuk menginternalisasikan masalah, merefleksikan pengalaman mereka, konseli dapat mengekspresikan perasaan mereka saat kapanpun tanpa menunggu datangnya sesi konseling berikutnya. Cara pelaksanaan layanan konseling melalui Cyber counselling melalui Email bagi konselor dan konseli adalah memiliki Alamat Email, adanya fasilitas computer, laptop, smartphone serta terhubung dengan internet.

Meskipun Cyber Counseling menawarkan berbagai keuntungan namun ada beberapa tantangan yang harus diatasi untuk memastikan efektivitas dan keamanan layanan ini antara lain:

  • Masalah keamanan dan privasi salah satu tantangan terbesar dalam cyber counselling adalah menjaga keamanan dan privasi data klien. Informasi pribadi yang dibagikan dalam sesi konseling harus dilindungi dari akses yang tidak sah. Konselor harus memastikan bahwa platfrom yang mereka gunakan memiliki enkripsi yang kuat dan protocol keamanan yang memadai. Selain itu konselor harus mematuhi regulasi perlindungan data yang berlaku.

  • Kesulitan dalam membentuk koneksi emosional. Koneksi emosional antara konselor dan konseli sangat penting dalam proses konseling. Dalam sesi tatap muka konselor dapat menggunakan Bahasa tubuh, ekspresi wajah dan nada suara untuk membangun hubungan empatik yang mendukung. Dalam cyber counselling terutama melalui Email atau teks membangun koneksi emosional bisa menjadi sangat sulit. Konselor harus mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dan format digital untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan dukungan yang memadai kepada konseli.

  • Kendala teknologi seperti koneksi internet yang buruk, perangkat yang tidak kompatibel atau gangguan teknis lainnya yang dapat menghambat proses konseling. Konselor dan konseli harus memiliki akses perangkat dan koneksi internet yang memadai untuk mmastikan bahwa sesi konseling dapat berjalan dengan lancer.

  • Problem etika dan profesionalisme. Cyber counselling menghadirkan tantangan etis dan professional yang unik. Konselor harus memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi yang diperlukan untuk memberikan layanan konseling dalam format digital. Mereka juga harus memenuhi kode etik profesi yang berlaku yang memerlukan penyesuaian untuk mengakomodasi konteks digital misalnya konselor harus mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menjaga kerahasiaan dan privasi konseli dalam platfrom digital serta bagaimana mereka dapat menangani situasi darurat yang mungkin terjadi selaman sesi online.

Berikut peluang dalam cyber counseling:

  • Jangkauan yang lebih luas dengan cyber counseling konselor dapat menjangkau konseli yang mungkin tidak dapat mengakses layanan konseling tradisional karena alasan geografis, mobilitas dan keterbatasan fisik. Hal ini sagngat penting untuk memberikan dukungan kepada individu yang tinggal didaerah terpencil atau memiliki disabilitas yang menghalangi mereka untuk mengahadiri sesi konseling tatap muka.

  • Inovasi dalam pendekatan terapi. Cyber counseling membuka peluang untuk mengembangkan dan menerapkan pendekatan terapi baru yang lebih interaktif dan personal. Misalnya konselor dapat menggunakan program terapi berbasis web yang dirancang untuk membantu klien mengatasi masalah seperti kecemasan atau depresi.

  • Kolaborasi dan jaringan professional. Teknologi digital membantu konselor untuk lebih mudah berkolaborasi dengan rekan sejawat dan mengakses sumber daya professional dari penjuru manapun. Konselor dapat bergabung dalam forum diskusi online, mengikuti webinar atau berpartisipasi dalam program pelatihan jarak jauh untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Kolaborasi ini dapat membantu konselor untuk tetap uptodate dengan perkembangan terbaru di bidang bimbingan konseling serta mendapatkan dukungan dari komunitas professional.

  • Platfrom digital memungkinkan pengumpulan dan analisis data secara lebih efisien. Konselor dapat menggunakan data yang dikumpulkan selama sesi konseling untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan mengidentifikasi pola yang mungkin tidak bisa diketahui saat dalam sesi tatap muka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun