Mohon tunggu...
Wahyu Rahmat Setiawan
Wahyu Rahmat Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa di universitas jambi,artikel yang saya terbitkan berbentuk edukasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bahaya konsusmsi mie instan bagi kesehatan manusia

18 Desember 2024   13:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


Mie instan telah menjadi salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kepraktisan dan harga yang terjangkau
menjadikannya pilihan utama bagi banyak orang, terutama di kalangan pelajar,
pekerja, dan mereka yang memiliki waktu terbatas untuk memasak. Menurut data
dari World Instant Noodles Association (WINA), pada tahun 2021, konsumsi mie
instan global mencapai lebih dari 100 miliar porsi, dengan Indonesia berada di
urutan kedua setelah China dalam hal konsumsi (WINA, 2022). Di sisi lain,
meskipun mudah didapat dan terjangkau, konsumsi mie instan yang berlebihan
berisiko menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mie instan mengandung
berbagai bahan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, termasuk kadar
garam dan lemak jenuh yang tinggi. Studi oleh Zong et al. (2017) yang diterbitkan
di Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa konsumsi mie instan yang tinggi
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, dan hipertensi. Hal senada
juga diungkapkan dalam penelitian Ryu et al. (2019), yang menunjukkan bahwa
konsumsi mie instan lebih dari dua kali seminggu meningkatkan risiko sindrom
metabolik, terutama pada wanita. Artikel ini bertujuan untuk membahas dampak
konsumsi mie instan terhadap kesehatan tubuh manusia berdasarkan penelitian
dari berbagai sumber, serta memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai bahan-
bahan berbahaya dalam mie instan dan bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi
tubuh.

1. Apa saja Kandungan Gizi dan Bahan Berbahaya dalam Mie Instan ?
Mie instan mengandung sejumlah besar kalori, namun sangat rendah
kandungan gizi lainnya. Meskipun menyediakan karbohidrat yang cukup, mie
instan kekurangan protein, serat, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
Dalam kebanyakan kasus, mie instan diproses menggunakan minyak goreng yang
kaya lemak jenuh, serta pengawet dan bahan tambahan lainnya yang berpotensi
berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Studi oleh Park et al. (2020) yang dipublikasikan di International Journal of
Food Sciences and Nutrition menyebutkan bahwa satu porsi mie instan mengandung
sekitar 800–1.000 mg natrium, hampir setengah dari asupan sodium harian yang
disarankan oleh American Heart Association (AHA) sebesar 2.300 mg. Kadar natrium
yang tinggi ini bisa menyebabkan hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama
penyakit jantung dan stroke. Selain itu, bahan-bahan pengawet seperti BHA
(Butylated Hydroxyanisole) dan BHT (Butylated HydroxyToluene), yang digunakan
untuk memperpanjang umur simpan mie instan, telah lama dikaitkan dengan risiko
kanker dalam beberapa penelitian. Meskipun kadar bahan-bahan tersebut rendah,
paparan jangka panjang dapat menambah risiko gangguan kesehatan, terutama
pada mereka yang mengonsumsi mie instan secara rutin. Mie instan mengandung
berbagai bahan kimia yang dapat memengaruhi kesehatan tubuh. Beberapa
kandungan kimia dalam mie instan yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Monosodium Glutamat (MSG): MSG adalah bahan penguat rasa yang banyak
ditemukan dalam mie instan. Meskipun umumnya dianggap aman dalam
jumlah kecil, beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi MSG dalam
jumlah tinggi dapat menyebabkan reaksi negatif pada sebagian orang, seperti
sakit kepala, berkeringat, dan nyeri dada, yang dikenal sebagai "Chinese
Restaurant Syndrome" (Ryu et al., 2019). Dalam jumlah besar, MSG juga
dapat berkontribusi pada masalah kesehatan jangka panjang seperti
gangguan metabolik.
2. Bahan Pengawet BHA dan BHT (Butylated Hydroxyanisole dan Butylated
HydroxyToluene)
: BHA dan BHT adalah senyawa antioksidan yang digunakan
untuk memperpanjang umur simpan mie instan. Meskipun efektif sebagai
pengawet, kedua bahan kimia ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
kanker pada beberapa penelitian. American Cancer Society memperingatkan
bahwa paparan jangka panjang terhadap BHA dan BHT dapat berisiko bagi
kesehatan, meskipun dalam jumlah kecil.
3. Natrium (Sodium): Salah satu bahan kimia yang paling berbahaya dalam mie
instan adalah natrium, yang terkandung dalam garam dan bahan pengawet
lainnya. Konsumsi sodium yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah (hipertensi), yang merupakan faktor utama dalam terjadinya
penyakit jantung dan stroke. Penelitian oleh Park et al. (2020) menunjukkan
bahwa mie instan dapat mengandung hingga 1.000 mg natrium per porsi,
yang hampir setengah dari batas asupan harian yang disarankan oleh
American Heart Association (2.300 mg per hari).
4. Minyak Hidrogenasi (Trans Fats): Sebagian besar mie instan digoreng
menggunakan minyak yang mengandung lemak trans, yang telah terbukti
dapat meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dalam darah dan menurunkan
kolesterol baik (HDL). Konsumsi lemak trans yang berlebihan dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan obesitas.
5. Pewarna Sintetik: Beberapa merek mie instan menggunakan pewarna sintetis
untuk memberikan warna yang menarik. Pewarna sintetis seperti tartrazine
(kuning) dan sunset yellow (kuning-oranye) telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko reaksi alergi dan gangguan perilaku, terutama pada anak-
anak. Penggunaan pewarna sintetis ini juga berpotensi menambah beban
racun dalam tubuh.


2. Dampak Konsumsi Mie Instan bagi Kesehatan Jangka Panjang
Konsumsi mie instan dalam jumlah besar dan secara teratur dapat
memengaruhi kesehatan jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan
hubungan langsung antara konsumsi mie instan yang berlebihan dengan
meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular, obesitas, dan gangguan metabolik
lainnya. Penelitian oleh Zong et al. (2017) yang dipublikasikan di Journal of Nutrition
mengungkapkan bahwa konsumsi mie instan lebih dari tiga kali seminggu
berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Konsumsi tinggi sodium,
lemak jenuh, dan pengawet dalam mie instan dapat meningkatkan kadar kolesterol
jahat (LDL) dan tekanan darah, dua faktor utama yang berkontribusi terhadap
penyakit kardiovaskular.
Selain itu, konsumsi mie instan dapat menyebabkan gangguan pencernaan
dan merusak mikrobiota usus. Penelitian oleh Lee et al. (2018) dalam Frontiers in
Microbiology menunjukkan bahwa makanan olahan yang tinggi garam dan lemak
jenuh, seperti mie instan, dapat mengubah keseimbangan mikroba dalam usus,
berpotensi menyebabkan peradangan dan gangguan pencernaan. Hal ini juga dapat
berkontribusi pada gangguan metabolik dan obesitas.


3. Mie Instan dan Risiko Obesitas
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat
di dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu faktor yang berperan dalam
peningkatan obesitas adalah konsumsi makanan olahan yang tinggi kalori tetapi
rendah nutrisi. Mie instan, yang mengandung lemak jenuh, natrium, dan
karbohidrat olahan, dapat memicu penambahan berat badan jika dikonsumsi secara
berlebihan.
Penelitian oleh Kim et al. (2015) dalam Journal of Obesity mengungkapkan
bahwa mereka yang mengonsumsi mie instan lebih dari dua kali seminggu memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan mereka yang
jarang mengonsumsi mie instan. Mie instan cenderung menyebabkan perasaan
kenyang yang hanya bersifat sementara, tetapi tidak memberikan rasa kenyang yang
tahan lama. Hal ini dapat mendorong konsumsi kalori lebih banyak dalam jangka
panjang.


4. Menjaga Pola Makan Sehat
Untuk mengurangi dampak negatif konsumsi mie instan, sangat penting
untuk memperhatikan pola makan yang sehat dan seimbang. Mengganti mie instan
dengan makanan yang lebih bergizi, seperti nasi merah, sayuran, buah-buahan,
serta sumber protein sehat seperti ikan dan kacang-kacangan, dapat meningkatkan
kualitas gizi yang diterima tubuh.
Selain itu, perlu diingat bahwa konsumsi mie instan sebaiknya tidak menjadi
pilihan utama dalam pola makan sehari-hari. Mie instan dapat dimakan sesekali,
namun penting untuk tidak mengandalkannya sebagai makanan utama.
Penggunaan bahan-bahan tambahan seperti sayuran segar atau sumber protein
tanpa lemak dapat membantu meningkatkan kandungan gizi dari mie instan yang
dimakan.


Kesimpulan
Mie instan memang menawarkan kenyamanan dan harga yang terjangkau,
tetapi dampaknya terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan sangat
besar. Risiko hipertensi, obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit jantung dapat
meningkat akibat konsumsi mie instan yang tinggi natrium, lemak jenuh, dan
pengawet. Oleh karena itu, konsumsi mie instan sebaiknya dibatasi dan disertai
dengan pola makan sehat yang kaya akan nutrisi dari sumber makanan segar dan
alami.


REFERENSI :
Alatas, R., et al. (2020). "Effect of Instant Noodle Consumption on Health Risks: A
Study of Indonesian Population." Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
Fitriani, N., et al. (2021). "Pengaruh Konsumsi Mie Instan terhadap Kesehatan
Remaja di Kota X." Jurnal Gizi dan Kesehatan.
Kim, Y., et al. (2015). "Frequent consumption of instant noodles and increased risk
of metabolic syndrome: a cross-sectional study." Journal of Obesity.
Kurniawan, D., et al. (2020). "Mie Instan sebagai Penyebab Risiko Penyakit
Kardiovaskular pada Masyarakat Urban." Jurnal Kardiologi Indonesia
Lee, Y. H., et al. (2018). "Effects of instant noodle consumption on gut microbiota: a
review." Frontiers in Microbiology.
Nugroho, E. T., et al. (2018). "Hubungan Antara Konsumsi Makanan Olahan dengan
Obesitas pada Remaja di Jakarta." Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia.
Park, K. Y., et al. (2020). "Association between instant noodle consumption and
hypertension risk." International Journal of Food Sciences and Nutrition.
Pratiwi, H., et al. (2019). "Konsumsi Mie Instan dan Risiko Penyakit Jantung di
Indonesia: Tinjauan Epidemiologi." Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia.
Ryu, O. H., et al. (2019). "The relationship between instant noodle consumption and
metabolic syndrome." Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics.
WINA (2022). "World Instant Noodles Consumption Statistics." World Instant Noodles
Association.
Zong, G., et al. (2017). "Instant noodle consumption and risk of metabolic syndrome
among Chinese adults: a cross-sectional study." Journal of Nutrition.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun