Mohon tunggu...
Wahyu Septiarki
Wahyu Septiarki Mohon Tunggu... -

Founder of Ledakan Revolusi. Co-Founder of Proton Training Center.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rainbow after the Rain

30 Juli 2010   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:27 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tuhan gak adil!!" "Kenapa sih musti aku?"

Pernah dengar pernyataan seperti itu? Pernyataan yang (mungkin) sering keluar saat manusia merasakan titik terendah dalam hidupnya. Dalam berbagai aspek. Wajar pernyataan seperti itu diucapkan? Wajar -- bila manusia tersebut belum mengetahui esensi dia hidup. Tidak wajar -- bila dia sudah mengetahuinya.

Mengapa saya menyatakan seperti itu?

Pernyataan "Tuhan gak adil!!", misalnya. Bukankah itu pernyataan yang egois? Atas dasar apa kita berucap seperti itu? Ingatlah, bila Tuhan kita serba Maha. Termasuk sifat yang kita ragukan kekuatannya. Perasaan kecewa itu wajar tapi tidak dengan pernyataan dan tuduhan seperti itu pada Tuhan. Kita manusia biasa tapi kita juga harus memahami mekanisme Tuhan bekerja dalam kehidupan. Saat kita mengumandangkan bahwa Tuhan 'tidak adil', secara tidak langsung kita mengabaikan sifat Tuhan yang lain.Bukankah Tuhan Sang Mahapintar yang telah merancang semua kejadian dengan Mahapresisi. Sang Mahaarsitek plus Mahasutradara yang tiada duanya? Kita cenderung memaksakan kehendak dan doa yang kita panjatkan pada Tuhan. Kita lupa bila doa kita panjatkan bukan untuk dipaksakan tapi untuk diserahkan. Diserahkan pada Tuhan eksekusinya.

Kenapa?

Karena Tuhan dengan Mahapintarnya tahu yang terbaik bagi kita. Termasuk mengetahui alasan Dia meletakkan manusia di titik rendah bahkan paling rendah. Mahaadil -- karena semua manusia memiliki porsinya masing-masing. Gak adil? Hei, Tuhan itu Mahaadil, kawan. Juga Mahapintar. Tahu yang terbaik buatmu. Serahkan saja pada yang lebih pintar bahkan Mahapintar. Tugas kita hanya sabar menunggu keindahan kejadian selanjutnya. Kenapa kamu? Saat kita ditunjuk dalam satu kejadian penting maka Tuhan telah memutuskan untuk mempersiapkanmu menjadi lebih baik. Kamu adalah manusia terpilih. Dimana (mungkin) kamu merasakan hal tersebut lebih dulu daripada orang lain. Bila masih merasa dalam kondisi titik rendah tersebut ingatlah bahwa kita akan lebih menghargai secercah cahaya bila sebelumnya kita mengenal kegelapan. Dan bukankah pelangi tidak akan ada bila sebelumnya hujan tidak turun?

"Saat kamu merasa di titik paling rendah dan merasa pasrah maka bersyukurlah. Karena Tuhan sedang mempersiapkanmu untuk sebuah kejutan yang luar biasa indah." #quantumotivasi

Regards, Ledakan Revolusi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun