Mohon tunggu...
Wahyu Rinda
Wahyu Rinda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menempuh Strata 1 jurusan Manajemen UIN MALANG\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Strategi Psikologi Harga Jelang Akhir Tahun

6 Desember 2013   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Moment akhir tahun menjadi waktu yang tepat untuk menjual barang secara besar-besaran. Ternyata ketika seorang Konsumen melakukan pembelian, ada faktor-faktor psikologi yang ikut andil di dalamnya. Hal inilah yang dimanfaatkan para pemasar dalam menentukan suatu cara agar pelanggan semakin tertarik terhadap produknya, terutama dalam segi harga. Konsumen memiliki presepsi-presepsi untuk menentukan harga sebuah produk.

1.Presepsi Nilai

Membendel produk dan menawarkan beberapa di antaranya secara Cuma-Cuma alias gratis. Misalnya: “Hanya Untuk 100 Pembeli Pertama, beli 2 gratis 1!” “Order hari ini, Gratis Ongkos Kirim”. Setiap orang menyukai undian dan bonus. Ini semua merupakan salah satu strategi jitu dan sangat efektif dalam menjaring konsumen untuk membeli.

2.Presepsi Hemat

Menariknya, tidak sedikit dari kita yang mengasumsikan Rp 4.999 lebih murah dari Rp.5.000, hemat Rp 1, padahal keduanya adalah sama. Lagi pula tidak mungkin kita menerima kembalian Rp 1. Di sinilah Psikologi harga bermain, seakan-akan harga memihak kepada konsumen, tapi realitanya tidak demikian.

3.Presepsi Diskon

Di gelarnya diskon 20%-70% di Akhir Tahun, hampir selalu menarik pembeli. Pembeli merasa mereka telah berhemat. Padahal sekali lagi hanya MERASA. Padahal tahukah Anda? Sebelum barang itu di diskon, harga barang tersebut di naikkan terlebih dahulu baru kemudian di diskon. Jadi, harga setelah diskon, kurang lebihnya adalah harga normal ketika ia menjual. Bisa jadi pula, barang-barang diskon adalah barang-barang cuci gudang.

4.Presepsi Harga Mahal menjadi murah

Harga sebuah laptop dibandrol dengan harga Rp 2.500.000 terasa mahal memang. Tapi, Pemasar menemukan bahwa dengan cara menyicil bisa membuat harga yang sama persis atau bahkan lebih mahal menjadi lebih ringan bagi pelanggan, sehingga menarik.

Saran: Jangan mudah tergiur oleh diskon, undian, cicilan dsb, alangkah baiknya jika kita memutuskan untuk membeli sesuatu, dipertimbangkan lebih dahulu, dengan menyesuaikan budget yang kita miliki. Dan yang terpenting, Dahulukan kebutuhan baru kemudian keinginan.

Sekian, Semoga bermanfaat . . Amiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun