Dalam penyampaian visi-misi ini, tiga capres menyinggung isu yang sama, yaitu tentang Palestina.
"Tidak pernah lupa, Indonesia selalu setia pada kesepatan yang pernah diambil, dekolonialisasi yang dilakukan, mendorong dan meyakinkan kita semua untuk membebaskan seluruh bangsa tanpa boleh mengintervensi satu dengan lain, dan komitmen kita pada kemerdekaan Palestina yang kita dukung terus-menerus," kata Ganjar.
Adapun Anies berkata, politik luar negeri Indonesia memiliki "amanah terpenting untuk menghapus penjajahan di muka bumi, khususnya terkait Palestina".
Prabowo menyebut pertahanan dan kekuatan militer akan menjadi salah satu fokusnya. Dia berkata, "kekuatan nasional harus ada kekuatan militer. Tanpa kekuatan militer, sejarah peradaban manusia mengajarkan, bangsa itu akan dilindas sperti Gaza. Diambil kekayaannya, diusir dari tanah airnya. Kita harus kuat."
Kishino Bawono, dosen program studi Hubungan Internasional di Universitas Parahyangan dengan fokus isu Timur Tengah, mengomentari isu Palestina yang disampaikan tiga capres ini.
"Dari tiga paslon, Ganjar dan Anies yang sempat memberikan highlight bahwa kemerdekaan Palestina masih menjadi arah kebijakan luar negeri Indonesia. Prabowo hanya memberikan highlight tentang Palestina, khususnya Gaza, karena asumsinya bahwa Palestina lemah militernya sehingga digilas oleh Israel.
"Tentu, kita masih harus melihat ini sebagai visi-misi dan janji kampanye, kita perlu melihat bagaimana implementasinya jika salah satu pasangan calon ini nanti terpilih," ujar Kishino.
Kishino mengomentari minimnya penekanan kepada isu Palestina sepanjang debat berlangsung.
"Dalam pernyataan penutup masing-masing pasangan-calon, kita seakan diingatkan bahwa konflik Israel-Palestina hanya diucapkan, secara panas-dingin, atau secara sepintas dalam politik Indonesia," ujar Kishino kepada BBC Indonesia.
Menurut Khisino, hanya Anies yang menyinggung soal kemerdekaan Palestina dan penghapusan penjajahan dalam pernyataan penutupnya.
"Sementara kedua pasangan lainnya tidak menyinggung itu lagi. Realita yang ada memang menunjukkan bahwa peranan Indonesia masih kurang dari apa yang sudah dilakukan sekarang, untuk benar-benar mempengaruhi konflik di Israel-Palestina, terutama sejak 7 Oktober 2023 kemarin," ujar Khisino.