Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin menjadi topik hangat di kalangan pengguna media sosial. FOMO merujuk pada perasaan cemas atau takut tertinggal dari apa yang orang lain alami, khususnya ketika melihat aktivitas sosial atau pencapaian orang lain yang dibagikan di platform digital. Media sosial, dengan segala kecanggihannya, telah memperburuk perasaan ini. Setiap pembaruan status, foto liburan, atau pencapaian karir yang dibagikan teman, keluarga, atau orang yang kita ikuti bisa membuat kita merasa hidup kita kurang berarti atau bahkan gagal jika dibandingkan.
FOMO, meskipun sering dianggap sebagai perasaan yang "normal" dalam konteks digital saat ini, sebenarnya memiliki dampak yang cukup besar terhadap kesehatan mental. Terus-menerus terpapar dengan gambaran ideal kehidupan orang lain dapat menimbulkan perasaan tidak puas, kecemasan, bahkan depresi. Pengguna media sosial sering kali merasa tertekan untuk menunjukkan versi terbaik dari kehidupan mereka, yang kemudian menciptakan tekanan sosial yang tak terlihat namun nyata. Ironisnya, semakin kita berusaha menghindari perasaan tertinggal, semakin besar ketergantungan kita pada media sosial, dan ini justru memperburuk FOMO itu sendiri.
Dari perspektif komunikasi, media sosial memang berfungsi sebagai ruang untuk berbagi pengalaman, tetapi sering kali ia membentuk gambaran yang terdistorsi tentang kehidupan seseorang. Postingan yang hanya menampilkan momen-momen bahagia dan sukses sering kali tidak mencerminkan kenyataan secara utuh, yang seharusnya bisa membantu kita melepaskan perasaan cemas akan ketertinggalan. Dalam hal ini, kesadaran akan cara kita mengonsumsi informasi di media sosial menjadi sangat penting.
Penting bagi kita untuk memahami bahwa FOMO adalah konstruksi sosial yang dapat mengganggu kesejahteraan psikologis jika tidak dikelola dengan baik. Media sosial tidak seharusnya menjadi alat untuk membandingkan diri, tetapi lebih sebagai sarana untuk berhubungan dan berbagi. Menjadi lebih selektif dalam memilih konten yang kita konsumsi dan menetapkan batasan dalam penggunaan media sosial bisa menjadi langkah awal untuk mengurangi dampak negatif FOMO. Sebagai masyarakat digital, kita perlu menyadari bahwa kesejahteraan mental lebih penting daripada sekadar mendapatkan pengakuan atau merasa selalu terhubung dengan apa yang terjadi di dunia maya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H