Siapa yang mau menyanggah bahwa PNS merupakan  pekerjaan dengan gengsi tinggi dihadapan orang tua dan mertua. Terlebih mereka yang tinggal di daerah perkampungan, menjadi seorang ASN merupakan sebuah kebanggaan. Selain karena bisa mengabdi kepada negara, hari tua mereka juga pasti terjamin karena ada tunjangan pensiun.
Walaupun ada pergeseran nilai dan perubahan zaman, ASN masih menjadi pilihan orang untuk mendedikasikan kehidupannya. Aturan pun mengalami perubahan untuk menyesuaikannya. Terlebih bagi penggunaan materai pada beberapa surat, jika dulu nominalnya hanya Rp6 ribu rupiah, kini telah menjadi Rp10 ribu rupiah.
Penggunaan materai berfungsi sebagai pembayaran pajak atas dokumen atau surat tersebut. Selain itu, surat atau dokumen yang dibubuhi materai dapat menjadi sebuah alat bukti dalam persidangan di pengadilan.Â
Oleh karenanya, para pelamar CPNS diminta untuk membubuhi materai pada beberapa surat yang ditentukan agar dikemudian hari dapat menjadi alat bukti untuk membatalkan segala macam kesepakatan yang terjadi jika sang pelamar melakukan suatu pelanggaran.
Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan materai beralih dari bentuk konvensional menjadi digital, atau yang lebih dikenal dengan sebutan e-materai. Belakangan, para pelamar CPNS harus menyiapkan lebih dari dua e-materai untuk dibubuhi pada surat pernyataan.
Jika melihat data terbaru di 2024, bahwa setidaknya sudah dua juta orang yang sudah membubuhi e-materai pada laman pendaftaran CPNS. Â Betapa banyaknya pendapatan negara dari sebuah rekrutmen CPNS, e-materai seharga Rp10 ribu rupiah dikalikan dengan dua juta orang yang mendaftar tadi, sudah kenyang pemerintah dengan 'omset' yang besar itu.
Padahal hal yang maklum adalah mereka para pelamar didominasi oleh orang 'susah'. Mereka berjibaku dengan kerasnya hidup, bertarung satu sama lain memperebutkan jatah formasi yang dibuka tidak seberapa. Kebanyakan mereka adalah freshgraduate, sesepuh kantor, honor abadi, hingga milineal yang coba-coba.
Tak jarang ada orang yang sudah dalam posisi terjepit, memberanikan diri mendaftar CPNS. Alasannya supaya bisa terbebas dari kesulitan hidup yang bermotif ekonomi.
Akibat hitung-hitungan bodoh ini, pemerintah telah melakukan transaksi dengan rakyatnya. Pemerintah memberikan iming-iming untuk hidup nyaman menjadi ASN dengan membenturkan rakyatnya pada pertarungan hidup mati, dimana satu jabatan direbutkan oleh ratusan bahkan ribuan orang.
Dengan membuka penerimaan CPNS besar-besaran, seolah-olah ada ladang basah yang mengiringi kebutuhan pemerintah tersebut melalui kebijakan penggunaan e-materai. Apakah salah atau tidak, itu bukan urusan rakyat. Tetapi jika mereka yang ada di atas punya hati dan kejernihan akal, tentu ada solusi lain untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya.
Pendaftaran ini memang gratis, tetapi segala macam kebutuhan dan kelengkapannya mesti bermodal. Maka, bagi orang-orang 'susah'dan malas, jangan coba-coba untuk bertempur pada seleksi CPNS. Pemerintah sangat bertanggung jawab atas praktek bisnis e-materai ini.***