Pontianak - Dua tahun belakangan ini, dunia kesehatan mendapatkan banyak sekali rintangan. Contohnya di awal 2020 lalu, virus asal Wuhan, China, bermigrasi ke seluruh penjuru dunia.Â
Seakan hutan belantara, kehidupan manusia redup dan mengalami kemunduran.Â
Ekonomi susah, pendidikan terhambat, kesehatan masyarakat jangan ditanya lagi, sudah jutaan orang menjadi korban virus bernama Corona ini.Â
Di perkotaan, semua mengalami perubahan yang signifikan. Orang-orang tidak lagi keluar rumah untuk membeli makanan, atau sekadar bersantai ria di warung kopi. Pengusaha pun banyak gulung tikar, masjid-masjid menggulung sajadahnya, semua pusat keramaian seakan disulap menjadi rumah hantu.Â
Kini, dua tahun berselang, hampir memasuki tahun ketiga, Corona terus bermutasi dalam banyak bentuk dan nama. Entah apa-apa saja namanya, yang jelas, dia adalah virus penyebab kerusakan manusia, walaupun dunia sedikit pulih.Â
Semakin ke sini, ada pengendoran perihal kebijakan pemerintah. Masyarakat menilai bahwa hal itu dikarenakan virus telah hilang dan tak pernah muncul kembali.Â
Padahal yang sebenarnya terjadi adalah virus ini sudah mulai dikenali dan diketahui cara pengendaliannya oleh pihak yang berwenang.Â
Jadi, bukan virusnya yang hilang, melainkan anggapan manusia itu sendiri yang sedikit menafikan virus.Â
Namun, SWAB Antigen tetap jadi prosedur pelayanan di rumah sakit. Siapa yang mau mendapat layanan rawat inap, selain memenuhi protokol kesehatan, tentunta harus lolos uji swab, bahwa pasien tidak terserang virus corona.Â
Kasus tersebut bisa dilihat dari berbagai sudut. Jika dari pandangan kesehatan, ini adalah langkah preventif untuk menekan penyebaran virus corona.Â