Nabi Muhammad Saw diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak. Memang, dulu pada masanya, negeri Arab yang tandus, masih terbelakang dalam perkara akhlak. Perbudakan merajalela, adanya strata sosial di masyarakat, orang kaya yang berkuasa, sedangkan yang miskin tetaplah jelata. Apalagi soal ketauhidan, dimana berhala disembah, patung-patung dimintai bantuan, seolah-olah pemberi pertolongan adalah patung itu.
Hingga manusia sempurna itu datang, pergeseran nilai terasa adanya. Perbudakan hilang, sesama manusia saling menghormati, toleransi mulai tumbuh. Ajaran Islam mengajarkan hal-hal tersebut, yang dikenal dengan istilah akhlak terhadap sesama manusia. Namun, ada lain yang menjadi perkara penting dalam ranah akhlak, yakni bagaimana manusia berakhlak kepada Allah Swt, sebagai pencipta langit dan bumi beserta isinya.
KH. Zainuddin MZ, sosok dai kondang yang tercatat dalam sejarah dakwah di Indonesia, berkata bahwa akhlak manusia kepada Allah itu ada dua perkara, yakni tidak menyekutukan Allah terhadap sesuatu pun, kemudian yang kedua adalah tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya.
1. Tidak Menyekutukan Allah
Ada rasa dan keyakinan yang harus dibangun oleh umat Islam, bahwa unsur keimanan diawali dengan kepercayaan bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan segalanya. Bukan hanya sebagai pencipta, tetapi Dia juga berkuasa terhadap segala sesuatu. Kekuasaannya tiada batas dan tidak berujung. Sehingga tidak ada sekutu atau sekufu, yang setara dengan Allah Swt.
Semua yang ada di dunia, yang terdiri dari segala unsur, baik yang dzohir maupun batin, baik yang tampak maupun tidak, baik yang berwujud ataupun tidak, semuanya adalah makhluk Allah, yang harus tunduk dan patuh pada perintah-Nya. Tidak ada yang sebanding dengan Allah, pun tidak ada yang mampu menandingi-Nya.
Karena itulah, sebagai manusia biasa dan penuh dosa, tidak pantas menggantungkan harapan atau seluruh kehidupan kepada selain Allah. Sesuatu yang disandarkan kepada hal yang fana, maka sesuatu itu bersifat fana pula. Jika hajat dan doa dipanjatkan kepada dunia, maka ketika dunia hancur, harapan dan doa itu juga hilang.
Tidak percaya kepada sesuatu dalam aspek keyakinan, selain kepada Allah Swt. Ini adalah pondasi awal dalam membentuk akhlak kepada pencipta.
2. Tidak Menyembah selain Allah
Wujud dari keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah adalah dengan melakukan ritual ibadah kepada-Nya sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh kekasih-Nya. Ketika seseorang mengatakan ia beriman kepada Allah, maka keimanan itu harus dibuktikan dalam aspek perbuatan.Â
Sebagaimana syariat yang diajarkan manusia mulia, diantara perkara ibadah adalah sholat. Maka orang yang benar keimanannya kepada Allah tidak akan pernah meninggalkan sholat dalam keadaan apapun. Bentuk kepatuhan manusia kepada syariat adalah bukti kecintaan mereka kepada Tuhan.