Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kagum Fiktif

5 September 2022   05:41 Diperbarui: 5 September 2022   06:25 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kagum Fiktif

Ubin putih di gedung tinggi
Simbol bersih dan terjaga
Kata orang yang berdasi
Yang diam dibalik kursi
Kedinginan dibalik tirai
Berdiam dalam kesunyian

Awalnya kagum
Seutuhnya
Sepenuhnya
Selembar yang bernilai
Terletak didalam laci
Berdiam selama semalam
Tanpa tersentuh manusia
Apalagi makhluk tak kasat mata
Kagum hati berteriak keras
Walau sesiapa tiada mendengar

Baca juga: Mundur

Tetapi noda kian datang
Mulai setitik, lalu segaris
Menggores kebaikan yang terlihat
Menentang titah Yang Mulia
Melawan arus yang berbahaya

Kekaguman lantas sirna
Menyusul mentari yang tenggelam di ufuk barat
Mengikut jejak rembulan yang hilang dikala fajar
Atau bintang gemintang yang saling berlarian

Asa masih ada
Peluang masih terbuka
Tetapi rasa tentu berbeda
Tidak akan pernah sama
Pertama dan kedua
Setiap sentuhan
Atau tatapan
Akan memaknai banyak hal
Termasuk ucapan hati
Yang terkadang jatuh terlalu dalam
Menusuk
Menyakiti

Baca juga: Di Kala

Pontianak, Kampus Biru

29/7/22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun