Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mundur

29 Juli 2022   05:00 Diperbarui: 29 Juli 2022   05:47 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mundur

Air bernyanyi diujung sana
Gema suaranya sampai ditelinga
Seolah ia berkata
Bahwa ikuti saja
Jiwa yang pergi
Meninggalkan gemerlap
Menuju cahaya
Yang entah kapan datangnya
Yang entah dimana sumbernya
Yang entah bagaimana terangnya
Sabar terus berirama
Didalam dada menyelimuti jiwa
Berbungkus senyum
Berselimut ramah
Apalah daya hati tersayat
Luka yang perih
Namun tiada nampak merahnya darah
Tidak pula memar seperti petinju laga
Atau cidera bagaikan pesepakbola
Luka ini perih
Sungguh dan amat terasa
Sakit
Kata tiada terucap
Kalimat tiada tersusun
Mulut terkunci, kaki terpaku
Maju tak bisa, mundur tak dapat
Menunggu malaikat menjemput
Tetapi iman tak mendukung
Menunggu jemputan dunia
Tetapi akal tak sehat
Jiwa terganggu
Hati terguncang
Perasaan terombang ambing
Bagaikan gabus ditengah samudera
Bagaikan buih ditepi pantai
Bagaikan besi dibara api
Semua perumpamaan, tak ada koneksi
Karena luka, sangat dalam
Hingga kata tak mampu melukis
Keperihannya

Pontianak, Hati Gundah

Baca juga: Di Kala

28/7/22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun