Coffee Shop dan Warung Kopi: Sebuah Diferensiasi Sosial
Bagi masyarakat lokal, kopi menjadi bagian dari hidup mereka. Kopi banyak memberikan inspirasi dan makna tinggi. Tak jarang orang-orang sibuk, mahasiswa akhir, dokter dan guru, atau pekerja kantoran ber-AC, melepas penat dengan secangkir kopi. Nikmatnya tiada tara saat meneguknya perlahan-lahan.
Kebutuhan kopi di masyarakat direspon oleh para pengusaha untuk menyediakan gerai kopi secara berkesinambungan. Terbukti, banyak usaha kopi yang membentang luas diantara ruas-ruas jalan setiap kota. Berbagai brand dan layanan disediakan, masyarakat tinggal memilih minum kopi kekinian yang sedang hits atau tetap merasakan hangatnya kopi tradisional.
Secara tempat, ternyata ada perbedaan mencolok antara warung kopi dengan gerai kopi modern atau disebut juga coffee shop. Walaupun sama-sama menyediakan kopi untuk masyarakat, kelas yang ditawarkan ternyata berbeda satu dengan lainnya. Coffee shop memiliki tempat yang lebih dingin, eksotis dan modern, serta tertata rapi, bersih, wangi dan profesional. Sedangkan warung kopi terkesan ala kadarnya, minim menu dan yang penting buka.
Sebenarnya perbedaan itu bukan hanya sekadar pelayanan minum atau makan ditempat, melainkan lingkungan yang ditawarkan untuk pengunjung. Sebagian besar pengunjung tidak serta merta datang ke warung kopi atau coffee shop hanya untuk secangkir kopi dan pisang goreng panas. Ada suasana yang diberikan pengelola kepada pelanggannya untuk bersantai ria, bercengkrama, mengibur diri atau melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Suasana yang tenang dan nyaman menghadirkan kejernihan berpikir dan kebijakan akan keputusan yang diambil.
Maka, suasana nyaman menjadi prioritas utama bagi pengunjung, baik itu warung kopi maupun coffee shop. Tetapi karena beberapa hal, coffee shop terlihat lebih unggul dari warung kopi. Misalnya, tawaran suasananya yang menenangkan. Di warung kopi tidak punya filterisasi terhadap berbagai hal yang dapat mengganggu suasana, seperti teriakan pengunjung yang bermain game, pengemis yang datang silih berganti atau pengamen yang tidak pernah diundang sebelumnya. Jelas kehadiran mereka dapat mengganggu kenyamanan dan ketertiban dalam menikmati suasana indah di penghujung hari. Walaupun tidak semua orang berkeluh kesah tentang pengemis atau pengamen, atau teriakan generasi Z. Ada yang merasa santai dan tidak mempermasalahkannya, tetapi tidak sedikit yang merasa risih.
Tentu coffee shop berbeda, mereka yang datang tersaring dengan filter alam. Harga yang melangit ditambah menu yang aneh-aneh, tentu membuat beberapa kalangan berpikir dua kali untuk datang kemari, khususnya pengemis, pengamen dan gamer. Hal ini tidak ditemui di warung kopi, siapa saja bisa datang dan pergi.
Terlihat ada perbedaan kasta sosial antara kedua gerai kopi ini. Perbedaan itu bukan sekadar nama saja, tetapi suasana yang ditawarkan, harga yang dipatok, menu yang disediakan, hingga pelayanan yang ramah dan menenangkan menjadi poin penentu perbedaan kasat tersebut.
Bagi orang yang ingin mendapatkan ketenangan dan kenyamanan, mereka akan datang ke coffee shop. Tetapi bilamana mereka hanya bertujuan untuk berkumpul, bertransaksi, atau sekadar menghabiskan waktu malam yang panjang, dapat datang ke warung kopi. Biasanya ada warung kopi yang buka selama 24 jam non stop.
Terlepas apapun jenis gerainya, kopi adalah sahabat masyarakat. Kehadirannya memberikan banyak manfaat dan ketenangan berbagai kalangan. Kopi dapat menyatukan dua orang yang berbeda keyakinan, dua kelompok yang bersebrangan, atau dua makhluk yang berbeda alam.
Gerai kopi hanya ilusi, karena yang utama adalah setiap seruputannya yang bernilai tinggi. Nikmat itu akan terasa jika dibarengi toleransi yang tinggi serta kedamaian hati. Jadi, pilih coffee shop atau warung kopi, pastikan Anda sudah minum kopi hari ini.