Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Politisasi Materi Pelajaran

24 Mei 2022   09:00 Diperbarui: 24 Mei 2022   09:09 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Materi sejarah Islam di sekolah itu padat dan panjang, bukunya pun tebal-tebal. Bahkan buku sejarah merupakan satu diantara buku penyumbang berat tas sekolah. Sekian ratus halaman yang tersaji, buku sejarah menjadi buku paling membosankan. Karena alur ceritanya yang rumit dan kedalaman materi yang stagnan, cara penyajiannya juga membosankan membuat pelajaran sejarah kurang diminati.

Namun setelah diperhatikan dengan begitu detail, saya melihat ada kesenjangan pada materi sejarah Islam, khususnya di tingkat sekolah dasar sederajat. 

Materi yang disajikan terlalu normatif rawan politisasi, khususnya pada sejarah khalifah Islam yang empat. Dari sekian panjang kisah perjuangan sahabat yang mulia, yang disajikan di tingkat SD didominasi oleh materi kepemimpinan berupa kebijakan-kebijakan khalifah, pergantian kepemimpinan, perluasan wilayah hingga peninggalan kepemimpinan tersebut.

Sebenarnya materi itu tidak salah, namun keliru disampaikan. Mengapa anak sekolah dasar mempelajari soal kepemimpinan dan kebijakan yang begitu banyak kontroversi? Cerita-cerita yang disajikan di materi sejarah seolah-olah hanya perang dan pembunuhan. Membuat frame Islam dimasa lalu begitu menakutkan dan mengerikan. 

Bukankah masih banyak keteladanan para sahabat yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan yang sekarang? Bukankah materi perang dan kepemimpinan pemerintahan Islam itu dapat disajikan pada jenjang yang lebih tinggi dengan peserta didik yang lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak?

Melihat materi yang begitu dalam dan tekstual, saya menilai bahwa pelajaran sejarah Islam di tingkat SD masih jauh panggang daripada api. Materi yang terlalu dalam dengan penyampaian yang dogmatis dan stagnan serta pasif menjadikan pelajaran sejarah sebagai muatan pelajaran yang melengkapi penderitaan peserta didik di sekolah.

Kiranya perlu revitalisasi materi yang lebih sederhana, relevan dan kontekstual serta bermakna dengan kehidupan sekarang. Ada banyak kisah sahabat yang penuh hikmah dan dapat disampaikan tanpa dipolitisasi untuk kepentingan tertentu. 

Sebagai pendidik dan generasi penerus, kita bertanggung jawab menjaga marwah dan kemuliaan Islam dengan menyajikan materi keislaman kepada anak didik sebaik dan sesederhana mungkin, agar dapat dipahami sebagai sebuah pelajaran dan dapat diteladani dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun