Tegur Saja Saya!
Manusia diciptakan dengan segenap komponennya, baik itu kebaikan didalam hatinya ataupun peluang kejahatan yang bersemayam di dada. Semuanya lengkap dari pabrik, Tuhan Yang Kuasa. Hanya saja ada akal yang diproyeksi sebagai kontrol emosional dan sikap bagi manusia.
Gerakan dan aktivitas manusia itu dilatarbelakangi berbagai macam bentuk. Ada yang bergerak karena ilmu, adapula yang bertindak karena nafsu. Semakin banyak bertemu manusia, maka semakin banyak pula terlihat berbagai macam tabiatnya.
Kebaikan yang dicerminkan manusia, tidak semata-mata baik. Ada kalanya kebaikan itu sebagai kedok, atau sekadar pemanis saja. Pun demikian pula dengan kejahatan atau keburukan, tidak semuanya benar-benar buruk. Ada yang terpaksa melakukan, atau bungkusnya saja dilihat manusia jahat, tetapi esensinya jauh melebihi malaikat.
Manusia sebagai tempat salah dan lupa, itu konsep dasarnya. Manusia salah itu wajar, manusiawi, katanya. Manusia benar juga wajar, karena mengikuti iman yang ada dihati. Tetapi, banyak juga kebaikan disusupi kejahatan, atau berbuat jahat untuk sebuah kebaikan. Tentu pandangan semacam ini keliru dan harus diluruskan.
Tidak semua manusia mampu mengontrol dirinya sendiri. Mereka yang terselimuti nafsu, terkadang hilang akalnya dan tidak mampu berpikir lebih baik. Sehingga perbuatan mereka jauh lebih beringas dari seekor singa yang kelaparan.
Karenanya diperlukan orang-orang yang memandang dunia ini kecil. Mereka adalah para zuhud, yang senantiasa konsisten dalam kebaikan, menyelam dalam lautan iman, berlabuh di niat yang mulia.
Tugas manusia adalah mencari manusia zuhud ini, bukan untuk dimintai kematangan hidup atau ketentraman hati. Melainkan dapat menjadi kontrol sosial dalam hidup. Ketika seseorang berbuat salah, ia mau menegur, memberi masukan dan meluruskan hidup.
Dari hal tersebut, timbul kebaikan-kebaikan lain yang akan mendatangkan perdamaian dunia. Tidak akan ada lagi rudal yang terbang, peluru yang nyasar atau bom yang meletus ditengah pemukiman. Semua berdamai dengan nafsunya. Bukan dihilangkan, melainkan ada manusia yang senantiasa mengingatkan, bahwa nafsu itu ditundukkan.
Tegur saja saya, jika salah dan menyimpang. Setuju kalau kita berbeda, tetapi tidak pada penyimpangan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H