“Ketika kamu kehilangan sesuatu yakinlah bahwa dia akan kembali meskipun terkadang dia kembali dengan cara yang tidak terduga.”
Air mataku menetes deras di pipi ketika mendengar kalimat itu. Sekitar dua tahun yang lalu aku kehilangan cintaku. Sejak saat itu aku tidak yakin lagi akan adanya cinta yang indah. Untukku semua hanya sebuah kepalsuan. Cinta hanyalah sebuah kata yang membungkus kepedihan. Semua memang terlihat indah, tetapi setelah dijalani semua berubah menjadi perih, duka dan air mata. Aku tak mampu lagi mempercayai indahnya cerita cinta antara sepasang kekasih. Yang aku tahu semua ini hanya dongeng penghantar tidur agar aku dapat memimpikan sedikit hal indah di hidupku. Hanya sekedar mimpi yang mengajari kita untuk menjadi pengkhayal. Menjadi manusia yang lemah, seorang pengecut yang tidak berani menghadapi hidupnya.
Suatu ketika mimpi indah itu datang mendekapku erat. Terlalu erat hingga aku tak mampu bernafas dan tak mampu lagi membedakan antara mimpi dan kenyataan. Kehangatan yang mendekap tubuhku, aroma tubuhnya yang begitu membekas di ingatanku. Mimpi ini terlalu indah untukku. Aku hampir saja tak dapat mempercayai mimpi ini. Tapi dia terus saja meyakinkanku jika dia nyata dan ada untukku. Kebahagiaan yang sekejap menghujaniku ini membangun kepercayaan yang begitu besar di hatiku. Ingin rasanya aku tetap berada di mimpi ini. Aku terlalu bahagia ada di mimpi ini.
(cerita bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H