Mohon tunggu...
Sosbud

Perempuan Sebagai Kekuatan Estafet

26 April 2016   18:52 Diperbarui: 26 April 2016   19:06 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

berbincang-bincang mengenai perempuan adalah hal yang menarik untuk dikaji. hal ini menjadikan sebuah pertanyaan yang besar ketika perempuan hari ini sudah memberanikan diri untuk tapil di dunia publik sebagai leader. bahkan sejak Zaman Nabi perempuan telah dibahas, Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahdzab, 35 Allah Subhana Wata’ala menjelaskan bahwa kedudukan kaum laki-laki dan perempuan adalah sama dihadapan-Nya. kesamaan inilah yang seharusnya kaum laki-laki mendukungnya bukan lagi sebagai konco ing wingking (dalam bahasa jawa). 

terlepas dari hak dan kewajibanya, perempuan juga harus memahami sosok laki-laki yang benar-benar faham mengenai perempuan, artinya sama halnya dengan kata orang jawa WANITA (wani ditata). wani ditata (wanita) inilah yang cenderung dimanfaatkan oleh kaum laki-laki untuk menjadikan perempuan sebagai "konco ing wingking" padahal jelas bahwa laki-laki yang harus memahami posisi perempuan yang sama. jika kita tinjau dari wanita di arab saudi bahwa di arab saudi yang mempunyai iklim begitu tropis mengakibatkan perempuan disana sebagai ancaman keimanan, (ingat kita di indonesia, tidak sedang di timur tengah). 

"perempuan sebagai kekuatan estafet" dimana peran perempuan yang harus bersama kaum laki-laki harus membangun dan membangun tatanan yang lebihbaik lagi, kebudayaan feodal yang masa kini masih begitu berdampak pada diskriminer kaum perempuan harus segera dihapus untuk menjamin hak dan kewajiban perempuan untuk menguatkan kembali bangsa,

 perempuan dan laki-laki adalah bangsa, satu bangsa yang tidak bisa dibedakan mengenai hak dan kewajibanya. hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan adalah sama. mereka harus dapat membangung kembali tatanan yang kian hari kian mengkhawatirkan, banyak dimasyarakat sana mengecam bahwa perempuan tidak boleh keluar malam dan lain sebagainya, padahal itu adalah kebudayaan kerajaan (feodal) yang diterapkan oleh sang raja untuk mengurung selir-selirnya. soal laki-laki dan perempuan adalah soal membangun kultur dan budaya yang positif tanpa diskrimation gender. coba kita kembali kepada kisah srikandi (seorang perempuan dalam tokoh pewayangan) yang dengan gagah berani tanpa rasa takut untuk membela kebenaran. perbedaan perempuan adalah soal kodrati bukan soal diskriminasi hak dan kewajibanya. mari sebagai kaum laki-laki harus slalu mendukung peran perempuan di dalam masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun