Mohon tunggu...
Wahyu Nugroho
Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... -

meniti sebuah perjalanan hati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mewaspadai Qarun-isme

31 Desember 2010   02:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1293763947896463355

Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku”….. [QS .28:78] Siapa tak kenal Qarun? Bahasa Indonesia mencatatnya dalam kosakata : Harta Karun. Kisah Qarun sejatinya adalah kisah “tragedi kemanusiaan” yang diabadikan dalam Al Qur’an [QS. 28 : 76-82] agar menjadi pelajaran untuk umat manusia; agar tak meniru perilaku Qarun. Sebenarnya Qarun termasuk kaumnya Nabi Musa AS, diberi anugerah oleh Allah dengan berlimpah perbendaraan harta hingga kunci-kuncinya sungguh berat dipikul meski oleh orang-orang kuat. Seperti pada umumnya, melimpahnya perbendaraan harta Qarun ini membuat sebagian manusia di sekitarnya “terpesona”; ….Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." [QS. 28: 79] Alih-alih bersyukur kepada Allah dan menafkahkan harta [ yang diberikan Allah ] untuk membela dakwah Nabi Musa AS, sebaliknya, Qarun justru berbuat aniaya, dan berkata : "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku” Saya menuliskannya Qarun-isme, filsafat berfikir ala Qarun, bahwa harta [atau segala nikmat] yang merupakan pemberian dari Allah dianggap sebagai :semata-mata hasil kerjanya, karena ilmu yang dimilikinya. Benarkah klaim Qarun? Secara kasat mata, bisa jadi terlihat harta itu karena kerja keras atau kerja cerdas yang dilakukan Qarun…, tapi siapa yang memberinya ilmu? Sekali lagi secara kasat mata, bisa jadi terlihat karena Qarun rajin belajar menuntut ilmu…, tapi siapa yang memberinya akal? inilah jebakan berbahaya berfikir ala Qarun, yang khas filsafat materialisme….hanya bisa melihat yang tampak mata…empiris, hanya sampai permukaan. Ketika akhirnya Qarun dan hartanya ditenggelamkan oleh Allah, Al Qur’an mengabadikan perkataan orang-orang yang sebelumnya menyanjungnya; …Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)." [QS. 28: 82] Dan kita tahu, logika keimanan mengajari ; hakikatnya harta, ilmu, kekuasaan….[dan segala nikmat] adalah semata-mata pemberian Allah, bukan karena usaha kita. Meskipun tentunya kita harus belajar, mencari nafkah…[dan berbagai kewajiban lainnya] sebagaimana Allah perintahkan. Pernahkah melihat atau merasakan fenomena Qarun-isme ini di tengah masyarakat? Mereka yang diberikan limpahan harta, ilmu, kekuasaan, dll nikmat….ternyata mereka merasa dan bahkan berkata : "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku”. Sungguh kita harus mewaspadai penyakit ini; filsafat Qarun-isme. Orang Jawa bilang; “ojo rumongso biso nanging bisoho rumongso” Wallahu a’lam bis showab…,Semoga bermanfaat. …….. ada apa denganmu Qarun? kau lupa atau pura-pura lupa atau kau yang dilupakan NYA ……..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun