Mohon tunggu...
Wahyuni Ramadhani
Wahyuni Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mendengarkan musik, jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di balik keringat

2 Desember 2024   09:21 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:12 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rina menatap layar ponselnya dengan lelah. Sudah hampir dua jam ia duduk di meja kerja, mengetik laporan yang harus diserahkan ke atasan besok pagi. Matanya terasa berat, punggungnya pegal, dan pikiran mulai melayang. Namun, ia tahu, tidak ada pilihan lain selain melanjutkan. Waktu terus berjalan, dan tugas ini harus selesai.

Sudah hampir tiga tahun Rina bekerja sebagai analis data di sebuah perusahaan konsultan besar. Meskipun gajinya cukup baik, pekerjaan yang ia lakukan tidak pernah ringan. Pagi hingga malam ia harus terjebak dalam angka-angka yang berputar, menganalisis data yang tak ada habisnya, membuat laporan yang rumit, dan memberikan presentasi kepada klien-klien perusahaan yang selalu menuntut lebih. Namun, Rina tidak pernah mengeluh. Bekerja keras adalah bagian dari prinsip hidupnya.

Rina lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang sopir angkot, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga yang bekerja sambilan menjual kue. Mereka hidup cukup, tetapi tidak pernah berlebih. Sejak kecil, Rina sudah diajarkan untuk selalu bekerja keras dan menghargai setiap usaha yang dilakukan. Ayahnya selalu mengatakan, "Tidak ada yang bisa menggantikan kerja keras, Nak. Kalau kamu berusaha, kamu pasti bisa."

Masa kuliah adalah titik balik dalam hidup Rina. Saat banyak teman-temannya bergantung pada orang tua, Rina harus bekerja sambilan untuk membayar uang kuliah dan kebutuhan sehari-hari. Setiap malam, setelah kuliah, ia bekerja di kafe sebagai pelayan. Pagi-pagi ia harus bangun untuk kuliah lagi, dan meskipun tubuhnya lelah, ia tetap semangat karena tahu bahwa semua yang ia lakukan adalah untuk masa depannya. Selama kuliah, ia sering begadang untuk mengerjakan tugas, berusaha untuk tidak ketinggalan dalam semua mata kuliah yang diambilnya.

Setelah lulus, Rina berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan konsultan besar. Tetapi, pekerjaannya tak semudah yang ia bayangkan. Setiap hari, ia harus menghadapi tekanan tinggi dan target yang selalu harus dicapai. Kadang ia merasa hampir tidak ada waktu untuk dirinya sendiri. Teman-temannya sering mengajaknya untuk hangout atau sekadar berbincang, tetapi Rina tahu, prioritas utamanya adalah pekerjaan.

"Rina, laporan itu harus siap besok pagi, ya. Jangan sampai terlambat," kata bosnya lewat pesan singkat yang membuat Rina semakin merasa tertekan. 

Namun, Rina tahu bahwa inilah konsekuensi dari pilihan yang ia ambil. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa sukses, bahwa ia bisa mengubah nasib keluarganya. Setelah beberapa tahun bekerja, Rina akhirnya bisa membeli rumah kecil untuk orang tuanya, sebuah pencapaian yang selalu ia impikan. Namun, meskipun begitu, ia merasa beban di pundaknya tak pernah hilang.

Pekerjaan yang menuntut dan rutinitas yang padat mulai menguras energinya. Suatu hari, setelah lembur hingga larut malam, Rina pulang ke rumah dengan langkah berat. Ia merasa tubuhnya lelah sekali, dan pikirannya kosong. Ketika ia melewati meja makan, ia melihat ibunya sedang menyusun piring-piring kotor dari makan malam mereka.

"Ma, kenapa belum tidur?" tanya Rina dengan suara lelah.

"Tidur nanti saja, Nak. Ibu kan tahu kamu pasti capek. Sudah makan?" jawab ibunya dengan lembut.

Rina tersenyum, merasa hangat di hati. Meskipun tubuhnya sangat lelah, kata-kata ibunya memberinya semangat baru. Ia teringat saat dulu, di masa-masa sulit, bagaimana ibunya selalu memberikan dukungan meski keadaan mereka tidak pernah mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun