Mohon tunggu...
Wahyuni Aristiaaa
Wahyuni Aristiaaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

My Success Is Only by Allah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Konflik Rafl Dahrendorf

15 Desember 2022   02:27 Diperbarui: 15 Desember 2022   02:26 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ralf Dahrendorf adalah seorang ahli sosiolog yang lahir di kota Hamburg, Jerman, pada tahun 1929. Pada masa pendidikannya, Dahrendorf mulai mempelajari ilmu sosiologi di London, Inggris, pada tahun 1967. Dahrendorf terkenal dengan teori sosiologi konflik, karena serangan yang cukup kuat pada perspektif sosiologi yang pernah dominan, terutama perspektif fungsionalisme struktural. Salah satu teori yang terkenal dalam ilmu sosiologi adalah teori konflik. Dahrendorf telah memaparkan berbagai pemikiran-pemikiran sehingga menciptakan sebuah teori. Salah satu diantara teori konflik yang dikemukakan oleh Dahrendorf adalah bahwa, di lingkup kehidupan masyarakat memiliki dua sisi, yaitu sisi konflik dan sisi konsensus. Tak hanya sampai disitu, hasil pemikiran tersebut dipecah kembali menjadi empat konsep oleh Ralf Dahrendorf. Keempat konsep tersebut adalah dua wajah masyarakat (konflik dan konsensus), kekuasaan dan wewenang, kelompok yang terlibat konflik, dan pengendalian konflik.  Ralf Dahrendorf mengemukakan dimana satu kelompok masyarakat akan dipaksa untuk mengikuti tatanan atau aturan dari satu kelompok lainnya yang lebih dominan, memiliki kekuasaan penuh atas suatu wilayah sosial masyarakat. Sistem dominasi tersebut tentu menjadi sebuah alasan terbesar atas terjadinya ketimpangan sosial, diakibatkan oleh berbagai macam konflik yang tercipta. Kelompok masyarakat minoritas akan terus dipaksa untuk hidup dalam permainan yang diciptakan kelompok masyarakat dominan tanpa bisa merasakan kehidupan sosial. Dari banyak konflik tersebut sudah sewajarnya, jika kehidupan masyarakat tidak akan dekat dengan kehidupan sosial masyarakat konsensus.  

Kelompok dominan tercipta melalui segelintir orang dengan kepemilikan kekuatan sosial relatif tinggi. Hal tersebut dapat dinilai melalui harta kepemilikan, pekerjaan, serta garis keturunan yang bagus dan sesuai kenyataan,tidak mengada-ngada dan dapat dilihat secara langsung dalam pandangan sosial. Sehingga, kelebihan itu akan membuat segelintir orang yang memilikinya akan terpandang kehidupan sosialnya. Sifat tidak puas manusia pada akhirnya mendorong orang-orang tersebut untuk membentuk tahapan kehidupan sosial selanjutnya yaitu perkumpulan masyarakat "terpandang". Dimana kelompok ini memiliki tujuan untuk bertindak dan memanfaatkan kelompok masyarakat di bawah kasta mereka. Ini ditujukan agar kehendak atau keinginan pribadi mereka dapat segera terpenuhi. Kelompok dominan tidak serta merta diisi oleh orang terpandang. Bahkan, ada beberapa kelompok berkepentingan yang menunggangi kelompok dominan untuk memanfaatkan pengaruh besar terhadap kelompok minoritas. Mereka bertujuan mewujudkan segala sesuatu kepentingan kelompok dan itu bersifat nyata.  Antiklimaks dalam teori ini adalah kelompok ketiga yang bertugas untuk menengahi berbagai macam konflik yang ditimbulkan dari ketidak setaraan kehidupan sosial di masyarakat. Kelompok ketiga tersebut mengajukan kesepakatan bersama kepada kedua kelompok sosial yang sedang berkonflik untuk memutuskan jalan terbaik dalam menyelesaikan konflik dari kedua belah pihak.

Kita dapat melihat salah satu contoh kasus teori konflik diatas pada sistem nepotisme struktur pemerintahan di kota Medan. Menurut salah satu sumber yang telah diwawancarai, setiap individu sosial yang telah berhasil menjabat di dalam pemerintahan kota tersebut, hampir 80% akan melakukan nepotisme kekuasaan. Dimana, jabatan tersebut akan diserahkan kepada sanak keluarga yang akan mencalonkan diri untuk pemerintahan di kemudian hari. Jika tidak, sanak keluarga akan mendapat akses kemudahan untuk menjadi pegawai tetap pemerintahan tanpa harus bersusah payah mengikuti tes seleksi. Hal ini lah yang pada akhirnya memicu konflik antara kelompok individual yang menguasai setiap jabatan dalam pemerintahan dengan kelompok masyarakat biasa yang tidak memiliki kekuatan untuk masuk ke dalam pemerintahan. Perilaku ketimpangan sosial ini tentu akan sulit dihentikan, mereka yang memiliki kuasa dan harta akan tetap berkuasa selama kekuatan tersebut masih tersedia, sedangkan kelompok masyarakat sosial rendah akan semakin merana, karena tidak ada kesempatan dan terus dipaksa untuk menerima pengaruh besar dari kelompok dominan tersebut. 

http://103.114.35.30/index.php/Ah/article/view/409 diakses pada 15 Desember 2022

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/23529 diakses pada 15 Desember 2022

https://id.wikipedia.org/wiki/Ralf_Dahrendorf diakses pada 15 Desember 2022

http://www.braindilogsociology.or.id/2018/03/ralf-dahrendorf-proses-konflik-sosial.html#:~:text=Ralf%20Dahrendorf%20dilahirkan%20di%20Hamburg,memasuki%20bidang%20politik%20di%20Jerman. diakses pada 15 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun