Menunda merupakan sesuatu yang tidak baik. Namun tak jarang, itu malah menjadi sebuah kebiasaan. Saya, Anda, pasti pernah melakukan penundaan. Entah itu menunda makan, menunda tidur, menunda pekerjaan, menunda waktu belajar bahkan menunda waktu berkumpul bersama keluarga.Â
Dulu ketika aku duduk di bangku SMA, aku pernah menunda mengerjakan PR sekolah, yaitu PR Matematika. aku berpikir, ah.. masih ada waktu 3 hari untuk mengerjakannya, besok aja deh ngerjainnya.Â
Pada keesokan harinya, setelah pulang sekolah aku diajak teman-teman sekelasku untuk pergi ke sebuah tempat wisata sampai sore. Ketika sampai di rumah, aku merasa lelah dan akhirnya setelah mandi dan makan aku langsung tidur.Â
Pada keesokan harinya lagi, aku menunda lagi dan lagi. Hari itu setelah pulang sekolah aku mengikuti sebuah seminar, kegiatannya sampai malam jam 9. Sudah dapat di tebak yang terjadi selanjutnya.. yuppp.. pulang seminar, sesampaiku di rumah aku langsung tidur  hingga lupa jika aku belum mengerjakan PR Matematika.Â
Hari mata pelajaran matematika pun tiba, aku bangun jam 5 pagi dan menyiapkan buku-buku mata pelajaran di hari itu. seketika aku tersadar bahwa aku belum mengerjakan PR Matematika.Â
Akhirnya, aku mengerjakan PR itu dengan tergesa-gesa dan mengabaikan ketelitian. setelah selesai aku bergegas mandi, sarapan dan langsung ke sekolah. PR Matematika itu merupakan mata pelajaran pertama di hari itu. guruku pun masuk ke kelas dan meminta kami untuk mengumpulkan PR dan membahasnya bersama. Aku sangat menyesal saat itu, karena nilaiku rendah. Andai aku mengerjakan PR itu dengan baik dan tak menunda-nunda untuk mengerjakanya pasti nilaiku baik.Â
Pada pengalaman lain, aku pernah menunda waktu makanku. pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 2 SMP. Saat SMP, jam masuknya adalah jam 7.30 pagi dan berakhir jam 12.00 siang.Â
Sekolah ku berada di tengah-tengah hutan dan cukup jauh dari pemukiman warga. Siang itu panas sekali, aku dan teman-temanku harus menyusuri hutan untuk pulang. Karena cuaca yang panas, rasanya begitu melelahkan sehingga sampai di rumah aku baring-baring untuk menghilangkan sedikit rasa lelah. Namun, aku tertidur hingga jam 3 sore, aku mengabaikan perkataan ayahku yang menyuruhku untuk makan dulu.Â
Perutku terasa aneh, aku merasa mual dan muntah tak henti, tubuhku terasa lemas, karena semua isi perutku sudah tidak ada lagi hingga yang ku muntahkan hanya air dan terasa begitu pahit.Â
Melihatku begitu, ayah segera membeli obat di puskesmas. Obat agar aku tak muntah-muntah lagi. Semua ini terjadi karena aku terkena maag dan ini pengalaman sakit yang sangat tidak enak. Seandainya tadi aku mendengarkan perkataan ayah, pasti aku baik-baik saja.Â
Setelah pengalaman ini aku berusaha untuk tidak telat makan lagi, walaupun sampai sekarang pola makanku masih belum baik. Tak mengapa, terkadang jika ada halangan yang memaksaku untuk telat makan, aku akan cari snack atau minum air putih yang banyak.