Mohon tunggu...
Wahyu Maulana
Wahyu Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Matinya hati adalah kebodohan dan kehidupan hati adalah ilmu.” -Imam Ghazali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jeritan Seorang Pendosa

23 Desember 2022   19:40 Diperbarui: 23 Desember 2022   19:41 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lah si pendosa yang setiap hari hanya meminta ampunan kepada tuhanku yang menguasai langit dan bumi bahkan dia pun memberi rezeki kepada siapapun tanpa memandang bulu sekalipun, meskipun sangat banyak hambanya yang memepersekutukannya bahkan adapula yang mencaci makinya.

Aku bukanlah seorang yang handal dalam permasalahan agama tapi apakah salah jikalau aku melakukan kebaikan tiada tara? Bahkan seorang yang faham agama dia memandangku hamba yang hina sehingga dia merasa dialah yang pantas mendekat kepada tuhannya, apakah engkau berpandang demikian tuhan, oh tidak aku masih terlalu dini untuk bersuudzon kepadamu tuhan, aku yaqin tuhan engkaulah maha baik dan hanya engkau lah tuhan yang tidak hanya memandang siapa yang paling terbaik dari jutaan hambamu yang hidup di dunia ini, dan aku yaqin tuhan engkau sangat dekat dengan seorang pendosa dari pada dia yang taat tapi membenci seorang pendosa.

Aku seorang pendosa tuhan di suatu hari aku berjalan tanpa arah tak terasa aku sudah berada di tepi laut yang tanpa batas disana aku berteriak sambil menangis tiada henti dan berkata "tuhan kulihat dosa-dosaku seakan begitu besar, tapi saat kusandingkan dengan ampunan-mu ternyata jauh lebih besar". Sambil berjalan di tepi laut aku memandang ciptaaanmu yang terus bergerak bagaikan air mengalir tiada henti.

Kalau engkau yang kusembah berpaling dari seorang pendosa ini maka kepada siapa lagi aku berharap tuhan meminta ampun atas dosa-dosa yang sudah hamba lakukan. Tuhan apakah engkau mendengarkan jeritan seorang pendosa ini ?, maafkan hambamu ini tuhan selalu meragukan dengan sifat mu yang mana engkaulah maha pendengar bahkan sebaik-baiknya pendengar.

Hamba adalah seorang yang sangat liar tuhan bahkan jikalau kau bandingakan dengan dia yang keluar masuk masjid untuk bersujud dan bersimpuh di hadapanmu dan membaca kitabmu lalu mempraktekkannnya aku sangatlah jauh dari itu, tuhan yang aku lakukan hanya sholat lima waktu dan itupun aku tak pernah melakukannya di rumahmu tuhan aku hanya bisa melakukan sesuai dimana aku berada bahkan meskipun masjid itu dekat dengan keberadaan hambamu ini tuhan, hambamu tetab mengabaikannya karena hambamu ini merasa terlalu banyak dosa untuk memasuki rumahmu yang pasti penuh dengan kesucian.

Sang pendosa ini tuhan tidak bisa membayangkan tubuh yang sangat kecil ini bahkan daging yang hanya di baluti kulit yang tipis ini di siram dengan air yang sangat amat panas bahkan mendidih yang berasal dari neraka, kulitku akan meleleh, tulangku akan terbakar, kepala hancur dan tubuh akan hangus seketika, jangankan di siram dengan air yang panas dan mendidih dari neraka, hanya percikan dari air panas dari masakan ibuku saja hambamu ini sudah merasakan kepedihan yang sangat amat menyakitkan.

Ya robb hambamu ini hanya tahu bahwa engkaulah yang bisa mengampuni seorang yang selalu melanggar perintahmu dan hambamu ini sangat yakin bahwa rahmatmu sangat amat besar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun