Mohon tunggu...
Wahyu Langgeng Prastiyo
Wahyu Langgeng Prastiyo Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Mengajar, Romanista, Penikmat Film

Tenaga Pendidik di SMA N 1 Kota Mungkid

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Kupu-Kupu Kertas

26 September 2024   19:59 Diperbarui: 26 September 2024   20:00 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KUPU-KUPU KERTAS: TAK MENYANGKA SEBRUTAL INI

Saya masih tidak menyangka, film yang bertajuk Kupu-kupu kertas ini begitu berani menggambarkan kebrutalan pembantaian antara simpatisan PKI, GP Ansor, dan Gagak Hitam hingga tampak nyata.

Film besutan sutradara Emil Heradi ini berlatar sejarah kelam Indonesia nyata dengan balutan kisah cinta fiksi bak Romeo dan Juliet.

Dan bagi saya, yang oke dari semuanya adalah pesan yang disampaikan. Pesan yang tetap berpihak pada orang-orang yang tidak bersalah, orang yang tak tahu apa-apa, tapi tetap saja menjadi korban kebengisan pihak-pihak yang menghalalkan kekerasan.

Film ini menceritakan seorang Ihsan (Chicco Kurniawan), adik anggota GP Ansor, yang jatuh hati pada Ning (Amanda Manopo), anak ketua simpatisan PKI. Keduanyatokoh utama ini memiliki kesamaan, yakni kurang setuju dengan apa yang keluarga mereka lakukan.

Premisnya bisa dikatakan menarik. Motivasi penjalin cerita dari masing-masing pihak cukup reasonable. Dari lahirnya dendam, pengkhianatan, perebutan lahan, cinta, pengorbanan dan masih banyak lagi. Pelik!

Kualitas akting Chicco mantap! Tetep bisa believable meski kadang ada dialognya cringe yang ia lontarkan. Tapi sayangnya, penampilan apik ini belum bisa diimbangi dengan kualitas seorang Amanda yang rasa-rasanya kurang cocok jadi gadis desa.

Iwa K, Ayu Laksmi, Fajar Nugra, semua penampilan mereka maksimal dan memuaskan. Sedikit beda dengan Reza Arap yang meski kadang terlihat agak berlebihan dalam berakting, tapi lumayan sukses bikin gregetan dan kesel. Pengin jitak, Dasar Busok!

Produksinya bisa kita katakan niat. Mulai dari kostum, set pedesaan, hingga ke ke scene 'berdarah2'-nya yang detail dan tak bisa disebut asal-asalan. Dialek jawa Banyuwangi juga berusaha dibangun dengan rapi oleh tiap pemerannya, meski sebagian dialog dengan diksi-diksinya masih amat terasa kekinian untuk film berlatar 1960-an dan pedesaan.

Overall, Kupu-Kupu Kertas menjadi salah satu film bertema sejarah sensitif yang cukup berhasil memyampaikan pesannya. Film KKK Sudah tayang di bioskop!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun