Mohon tunggu...
Adam
Adam Mohon Tunggu... pegawai negeri/ guru SD -

Belajar menulis dan berbagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Normalisasi Sungai Bukan Untuk Pengairan Pertanian

30 Juni 2015   06:29 Diperbarui: 30 Juni 2015   06:29 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sungai-1.jpg, https://lh3.googleusercontent.com/fUkwu1AXbchp093yJaJ5HEPob9wor9B8HEL-HbVhpL3Z_75gt87QJLJImwpO2spYonstmsw=s113

ilustrasi Normalisasi sungai

Ada dua pemahaman dimasyarakat yang salah kaprah yang terjadi dan salah pasang penggunaannya sehingga menjadikan mereka galau. Mereka tidak dapat membedaka antara pengairan dan normalisasi sungai. Sehingga ketika ada proyek normalisasi sungai mereka kira pengairan.

Pengairan ialah kaedah pengaliran air di dalam tanah secara buatan yang bertujuan membantu pertumbuhan hasil tanaman. Sedangkan normalisasi sungai adalah usaha memperlancar aliran air untuk mencegah terjadinya banjir. Kita jangan terkecoh lalu menyamakan keduanya dan salah dalam penggunaannya.

Kemudian dapat diperjelas lagi, pengairan adalah usaha untuk menaikkan air keatas tanah agar tanaman mendapat air, Lalu normalisasi sungai adalah usaha untuk menurunkan air dari atas tanah kedalam sungai supaya tidak banjir. Dari keteranga diatas jelas keduanya tidak sama dan malah bertolak belakang, yang satu menaikan air keatas tanah yang lainnya menurunkan air dari atas tanah.

 

pengairan.jpg
pengairan.jpg
pengairan Penomena ini benar benar terjadi dan memang membuat mereka galau. Mengapa ? Karena pertanian mereka rusak, karena salah pasang tadi. Sejak dilakukan normalisasi sungai, hasil pertanian mereka tidak memuaskan dan bisa disebut gagal panen.

Mengapapa demikian, ya karena salah pasang tadi. Hehehe..... Yang seharusnya dibenahi adalah pengairan tapi malah yang datang normalisasi, apa tidak bingung. Karena struktur tanah yang berpori maka air tanah yang ada diatas tanah dan yang ada didalam tanah tersedot semua kedalam sungai yang diperlebar dan diperdalam, akibatnya tanah menjadi kering, kalau sudah begitu bagimana akar padi mau tumbuh. Kekeringan. Itu lah yang menyebabkan pertumbuhan padi terhambat. Boro-boro mau panen, tumbuh juga susah, padi jadi kerdil.

Sekarang baru nyesal, lalu saling lempar kesalahan, waktu sosialisasi dulu kamu pada kemana? kenapa iya-iya, angguk-angguk saja. Padahal orang dari proyek itu kan sudah memberi penjelasan panjang lebar tentang untung rugi dan baik buruknya. Waktu itu ada juga yang membantah tapi tidak bisa ngotot, karena kalah suara. Tambah lagi takut juga sama aparat desa yang memang sudah kompak 100%. Entah mengapa, kali ada udang di sebalik batu ya, hehehe.... (gurau saja, aparat desa baik semu kok)

Lokasi desa kami terletak dipesisir sungai besar yaitu sungai sambas yang lebarnya saja 1000 m. Tak mungkin terjadi banjir. Walaupun hujan 7 hari tujuh malam tidak bakalan meluap karena air hujan lansung terbuang kesungai yang muaranya tidak jauh. Tentu tak sesuai normalisasi sungai, cukup gotong royong membersihkan bibir sungai saja tanpa biaya. Lain halnya dengan daerah hulu sungai, itu perlu karena memang sering banjir. 

sungai-1.jpg, https://lh3.googleusercontent.com/fUkwu1AXbchp093yJaJ5HEPob9wor9B8HEL-HbVhpL3Z_75gt87QJLJImwpO2spYonstmsw=s113
sungai-1.jpg, https://lh3.googleusercontent.com/fUkwu1AXbchp093yJaJ5HEPob9wor9B8HEL-HbVhpL3Z_75gt87QJLJImwpO2spYonstmsw=s113
 sungai sambas O ya banjir di tempat kami terjadi apabila air rob/ pasang naik. Yaitu terjadi pada saat bulan purnama dan akhir bulan hitungan bulan hijrah. Biasa disebut ruap 15 dan ruap 30 karena terjadi tanggal 15 dan 30. Itupun kalau musim hujan. Durasinyapun kurang lebih setengah hari. Kalau pasang sudah surut maka banjirpun surut juga Kembali lagi kepertanian warga, selama ini sudah 3 kali panen mereka gagal panen. Walupun ada yg panen paling hanya pulang benih itupun sudah sukur. Hal ini menjadi masalah tersendiri yang mau tidak mau ditanggulangi. Beras yang menjadi bahan pokok yang sebelumnya tidak pernah kekurangan, maka kali ini harus dibeli. Mana lagi harga beras sangat melonjak 10 ribu per kilo itupun beras kwalitas biasa. Sedangkan pekerjaan tidak mendatangkan hasil. Adapun usaha lain seperi menoreh karet/getah, namun harganya sangat sangat murah. "Miskin benar rasanya sekarang" keluh beberapawaga. Itulah yang menyebabkan banyak warga yang mencari pekerjaan di kucing malaysia yang berbatasan lansung.

Apapun yang telah dilakukan pemerintah adalah sebuah usaha untuk nemperbaiki tarap hidup rakyatnya. Walaupun kita merasa ini belum tepat sasaran, mungkin mereka akan mengembangkan sektor perkebunan, seperti karet yang sangat memerlukan normalisasi sungai. Pasti ada agenda yang terbaik yang sudah disiapkan buat rakyatnya. Agenda untuk memajukan rakyatnya untuk mencapai masarakat yang sejahtera. Semoga.

salam kompasianer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun