Mereka beranggapan bahwa dengan tidak memiliki anak, mereka tidak akan melihat anak mereka mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan atau mereka juga tidak akan risau untuk memikirkan apakah didikan mereka akan menjadikan anak mereka bahagia atau tidak. Hal-hal seperti ini yang mungkin tidak semua orang rasakan. Walaupun korban psikotrauma sudah speak-up, tentu masyarakat yang tidak memiliki latar belakang trauma psikis akan menolak pendapat sang korban. Mereka beranggapan bahwa itu semua hanya alasan semata, mereka (korban) tidak ingin memiliki anak karena mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri.
Pro dan kontra pasti ada dalam proses pengambilan keputusan. Seseorang dengan psikotrauma tidak akan bisa memaksakan kepercayaan mereka dan apa isi hati mereka kepada orang lain, begitu pula sebaliknya. Namun sayangnya sebagian besar masyarakat dengan paham anti childfree masih belum bisa menerima alasan serta keputusan seseorang yang memutuskan untuk hidup tanpa anak (childfree).Â
Polemik childfree memberikan gambaran bahwa kondisi psikis, mental, serta kejadian masa lalu pada diri seseorang akan turut mempengaruhi tumbuh kembang dan cara pikir seorang anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua, mereka harus bisa memperlakukan anak mereka dengan baik dan memastikan bahwa anak merasakan kebahagiaan di dalam keluarganya.Â
Wahyu Kurniawan / 191221118
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H