Mohon tunggu...
Wahyu Kurniawan
Wahyu Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Ilmu

Mahasiswa Administrasi Negara || Penulis || Muhibbin || Aktivis Dakwah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebuah Risalah Penguat Jiwa

19 Desember 2022   19:37 Diperbarui: 19 Desember 2022   20:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah Risalah Penguat Jiwa || Wahyu Kurniawan

Apa yang beliau katakan melekat betul dalam ingatan dan yang saya sesalkan adalah tak sempat membersamai keberangkatan beliau untuk sekedar berpamitan. Hingga pada akhirnya apa yang beliau amanah kan untuk melanjutkan dakwah itu saya penuhi secara perlahan, Menjadi khatib jum'at, hari raya, mengisi kajian remaja masjid, Kajian maulid nabi dan sebagainya.

Tapi begitulah dakwah, pasang surut semangat dalam perjuangan adalah hal yang biasa. Sesekali merasa sendiri, sesekali merasa lemah, sesekali juga Allah hadapkan dengan orang-orang yang membenci jalan ini. Susahnya mengajak orang pada kebaikan, menghidupkan ilmu didalam hati orang-orang mukmin dan problem terberat adalah menghadapi diri sendiri terhadap ujian hati.

Tak sedikit pujian yang datang dan merobohkan tembok tawadhu', sesekali orientasi mulai berubah yang mulanya karena Allah menjadi orientasi yang materialistis. Menganggap rendah orang lain dengan merasa diri lebih baik, perkara ini adalah perkara manusiawi yang pasti akan di hadapi oleh semua orang. Yang paling penting untuk kita lakukan adalah bagaimana melakukan manajemen hati serta perbaikan diri untuk mengembalikan kesucian perjuangan itu sendiri.

Maka muhasabah merupakan salah satu cara yang harus dilakukan oleh semua orang termasuk ia yang tengah mengemban amanah ini. Agar ia mampu memandang dirinya sebagai hamba yang lembah dan berhenti menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, ketahuilah tanpa kekuatan dari Allah kita tidak akan berada pada barisan ini.

Dakwah itu ibarat darah dalam tubuh manusia. Dia harus terus mengalir dan berjalan, tidak boleh berhenti, walau sesaat. Mengalirnya darah menjadi ciri kehidupan. Berhentinya aliran darah pertanda kematian. Begitupun dengan dakwah. Dia tidak boleh berhenti walau sebentar. Dengan dakwah manusia mengenal Rabb-nya. Dengan dakwah manusia mengetahui dan menjalankan syariat-Nya. Dengan dakwah manusia bisa membedakan mana yang benar dan salah, mana yang hak dan batil, mana yang terpuji dan tercela. 

Dengan dakwah manusia yang tersesat bisa kembali ke jalan Allah. Dengan dakwah, masyarakat yang jahiliah bisa berubah menjadi masyarakat Islam, yakni masyarakat yang menerapkan syariah Islam secara kâffah sehingga membawa kebaikan dan kemaslahatan di dunia dan beroleh pahala serta kebahagiaan hakiki di akhirat kelak.

Terakhir saya ingat betul apa yang pernah disampaikan oleh guru saya sebagai bentuk motivasi dan semangat yang beliau berikan khususnya sebagai orang yang telah memilih jalan dakwah ini. "Jalan ini jalan sunyi ananda mari kita ramaikan bersama, jalan ini jalan panjang ananda mari kita bergandengan tangan, jalan ini terjal ananda mari kita saling menopang, istiqomah lah disaat yang lain mencibir, tegar lah disaat yang lain lemah."

Semoga Allah SWT sesakkan dada ini dengan cinta yang bertambah-tambah dan Allah mudahkan dalam melakukan perkara-perkara yang ia ridhoi.

Penulis : Wahyu Kurniawan (Mahasiswa Administrasi Negara)

UIN Suska Riau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun