Regenerasi kepemimpinan nasional harusnya tidak hanya meriah di forum-forum diskusi dan panggung -- pangung  seminar saja. Pemikiran ini harus mewujud dalam bentuk upaya konkret berupa proses seleksi dan rekrutmen kepemimpinan nasional yang mempertimbangan aspek  regenerasi.Â
Namun sayangnya, kondisi itu tidak terjadi. Pemimpin nasional yang direpresentasikan presiden berikut jajaran kabinetnya dipenuhi oleh generasi yang harusnya sudah turun panggung. Kontestasi kepemimpinan nasional pun hanya menampilkan figur figur tua, dan tidak menyediakan ruang bagi kader muda untuk tampil.
Kondisi lebih menyedihkan lagi justru terjadi di partai politik. Partai politik tidak bisa menjadi barometer bagi gairah untuk mewujudkan regenerasi kepemimpinan nasional.
 Partai politik sebagai lembaga pengemblengan calon pemimpin bangsa harus menjadi miniatur bagaimana regenerasi kepemimpinan itu terjadi. Namun sayangnya, lagi lagi tidak banyak partai politik yang memberikan ruang bagi anak muda untuk menjadi pemimpin.
Hari ini, kepemimpinan di partai politik mayoritas masih di bawah kendali para politisi senior. Sungguh sangat sedikit partai politik yang berani menampilkan politisi muda pada posisi yang strategis dan menentukan. Kondisi yang sama juga masih terjadi di lembaga legislatif. Artinya, sumber daya politik yang ada saat ini masih dikuasi oleh barisan politisi veteran.Â
Lantaran itu, penyiapan sumber daya politik menjadi salah satu kebutuhan yang harus menjadi perhatian. Dalam teori politik, kaidah rekrutmen politik calon yang bertarung dalam kontestasi politik sesungguhnya bukan an sich memperhitungkan menang-kalah secara elektoral. Namun juga perlu menyertakan pertimbangan keberlanjutan regenerasi kepemimpinan.
Proses regenerasi kepemimpinan nasional sulit diharapkan jika institusi-institusi demokrasi yang penting seperti parpol mengalami pembusukan politik (political decay). Pembusukan politik seperti pernah disebut Huntington dalam proses pembangunan negara bangsa, bisa menjadi faktor penghambat regenerasi politik.Â
Sejarah sesungguhnya juga sudah memberikan pelajaran kepada kita ketika rezim yang berkuasa terlalu lama seperti masa Orde Baru sesungguhnya akan  menghambat terjadinya regenerasi politik.
Muda adalah KekuatanÂ
Hari ini kita tengah dihadapkan pada tantangan dan harapan baru, jaman baru dan generasi baru. Dalam upaya mengatasi permasalahan bangsa ini  sejatinya dibutuhkan pemimpin dengan energi yang kuat, tanpa dibebani sejarah masa lalu. Bangsa ini membutuhkan pemimpin alternatif dan ini hanya bisa dilakukan oleh kaum muda.
Secara filosofis dan sosiologis generasi politik perlu dipersiapkan agar sebuah bangsa tidak menghadapi krisis kepemimpinan politik. Perlu terobosan dan keberanian untuk mengesampingkan kepentingan sesaat, ambisi kelompok yang terlalu besar sehingga mengesampingkan kepentingan bangsa. Semua itu membutuhkan kesadaran bersama agar bangsa ini tidak mengalami stagnasi.