Mohon tunggu...
Wahyu Krido Utomo
Wahyu Krido Utomo Mohon Tunggu... Bankir - Pembelajar

Keliling Indonesia untuk bekerja, sementara bermukim di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Sunderland Til I Die Season 2", Pahit Sedikit Manis di Musim Perjuangan

8 Juni 2020   16:10 Diperbarui: 8 Juni 2020   16:14 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dengan adanya pergantian pemilik dan manajemen membuat fans berharap banyak (sumber: express.co.uk)

Setelah di Season 1 digambarkan perjuangan Tim Sunderland untuk bisa berjuang di Championship League paska terdegradasi dari Premier League, di Musim kedua ini bercerita tentang perjuangan lanjutan dimana Tim harus bersaing di League One atau Third Division setelah di musim selanjutnya harus kembali terdegradasi dari League One.

Berbeda dari musim sebelumnya, musim kali ini dipenuhi harapan dan jauh lebih banyak kebahagiaan bagi Fans. Dari awal musim, dengan produktifnya lini depan Sunderland yang didominasi penampilan ciamik Josh Maja, klub dapat menempati posisi atas liga dan bersaing ketat untuk dapat masuk zona promosi ke championship league.

Fans pun lebih banyak ditampilkan bahagia, penuh senyuman. Kemanangan demi kemenangan diraih di awal musim, dan menariknya tim sangat jarang kalah dan cukup sering pertandingan berakhir dengan draw di musim ini. Sunderland membangun imaji sebagai tim yang sulit dikalahkan di tahun ini.

Tahun ini juga diwarnai oleh perombakan besar-besaran di jajaran manajemen dan pemain. Berawal dari Eliss Scott yang menjual klub dan ditambah dengan degradasi ke League One, bisa dikatakan tim mengalami perombakan total. 

Manajemen tim otomatis berganti, pelatih baru didatangkan dari Scotland ia, pemain lebih dari 70% diganti dikarenakan standar gaji yang jauh lebih kecil di league one banyak pemain yang hengkang maupun dijual/dilepas ke klub lain. Dengan proyeksi pendapatan di League One, klub harus melakukan banyak penyesuaian.

Yang menarik untuk saya diawal season 2 ini adalah betapa kebahagiaan itu sederhana. Kebahagiaan fans adalah ketika timnya menang. Tidak perduli mereka hanya menang di League One dan bukan Premier League maupun Championship League, menang tetaplah menang. Menang tetap saja memberikan rasa bahagia dan senyum di wajah para penggemar. Sesederhana itu.

Sesederhana itu juga ketika memasuki pertengahan musim dimana Tim kehilangan striker paling produktifnya Josh Maja yang memutuskan hengkang ke luar negri dan mulai menunjukkan form yang tidak sebaik sebelumnya, kembali raut wajah marah dan frustasi hadir di wajah fans.

Dengan adanya pergantian pemilik dan manajemen membuat fans berharap banyak (sumber: express.co.uk)
Dengan adanya pergantian pemilik dan manajemen membuat fans berharap banyak (sumber: express.co.uk)
Manajemen baru yang mengelola tim dirasa lebih positif oleh sebagian besar fans yang diinterview dalam dokumenter ini. Keberhasilan mendatangkan striker pengganti yang juga memecahkan rekor transfer League One dengan 3jt USD (Will Grigg) juga membahagiakan para fans dan supporter.

Sayangnya musim ini juga berakhir dengan anti klimaks sama seperti musim sebelumnya. Sunderland gagal memenuhi target yang ditetapkan manajemen di awal musim.

Mungkin dokumenter ini memang tentang kegetiran itu, melihat fans yang dengan semangat menggelora datang ke Wembley dua kali dalam satu musim dalam antisipasi dapat memenangkan trophy dan naik ke champioship league untuk akhirnya kecewa dengan hasil yg didapat tim betul-betul menyedihkan dan menyayat hati.

Sebagai penggemar sepak bola saya bisa memahami perasaan itu. Kesedihan, kegetiran, kekecewaan, namun di sisi yang lain juga terus mendukung dan tak pernah berpaling, seperti judul dokumenter ini 'Sunderland' Til I Die' yang nyata-nyata memang bukan sekedar jargon untuk die hard fans klub ini. Sunderland 'Til I Die sudah menjadi jalan hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun