Pulang dari jogging di Pantai Nusa Dua-Bali, saya sempatkan mampir untuk membeli sarapan. Dalam radius kurang lebih 1 km di sebelah kiri jalan ada sekitar 4-5 pedagang nasi kuning, bahkan ada 2 pedagang yang jaraknya hanya beberapa langkah. Sesaat logika rasa saya bicara "Perkara rezeki, Yang Maha Kuasa itu sungguh adil. Manusia sudah diciptakan lengkap dengan rezekinya masing-masing, tidak akan tertukar". Terpampang secara nyata dalam indra penglihatan, masing-masing pedagang ada saja pembelinya. Masalah laris dan ramai tergantung selera lidah dan citarasa dari masakan yang menjadi ciri khasnya. Â Tinggal dijemput dengan ikhtiar dan doa. Mencari berkah-Nya dengan cara yang halal.
Nasi kuning Bu Rose yang terdiri dari nasi uduk dengan lauk pauk berupa : bihun goreng, orak arik telur, abon ikan laut, dan sambal yang menjadi ciri khasnya. Dimakan nasinya saja sudah terasa enak, karena rempah-rempah plus santannya berasal dari kelapa yang diparut langsung dan kanil (Kata 'Kanil' dalam bahasa Jawa artinya Santan kental. Santan kental dapat dibuat dengan cara memeras kelapa parut dua kali. Perasan pertama dilakukan tanpa menggunakan air) yang dipakai. Semangat berjualan pejuang rupiah, semoga sehat, dagangannya laris manis tanjung kimpul, rezekinya berkah dan barokah untuk keluarga tercinta.
Happy weekend, Sabtu wayahe mlaku-mlaku golek howo lan suasana baru ben fresh otakku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI