Mohon tunggu...
Wahyu Joko Samudro
Wahyu Joko Samudro Mohon Tunggu... -

Mahasiswa rantau asal Trenggalek yang sedang menuntut ilmu di kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tawuran Perguruan Silat, Siapa atau Apa yang salah?

25 Oktober 2013   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:03 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Berikut adalah hasil obrolan saya dengan salah seorang sesepuh perguruan silat di Kota Ngawi. :D Mohn maaf jika ngalor-ngidul nantinya...haha

"Ada pepatah, "it takes two to tango" artinya kalo mau joged tango, harus berdua. Sama juga dengan bentrok, harus ada sedikitnya dua pihak. Kalau mau jujur, di daerah Madiun dan sekitarnya akhir-akhir ini seakan ada "tradisi" bentrok antara SH Winongo, SHT, dan KS. Sampai-sampai tawuran hilang jurus dan jadi urusan pulisi dan tentara. Ini sangat memalukan, dan semua pihak hendaknya memperbaiki diri. Termasuk Anda, kalau buat pertanyaan 'mbok iya-o' tidak sekaligus ngasi smes miring ke arah SHT sebab itu bukan saja kurang adil melainkan juga berpotensi menimbulkan letupan atawa dalam bahasa forum internetnya dapat dikategorikan sebagai flame. Itu kalau kategori, kalau jangan-gori orang jawa itu lain harus ada tempe bosoknya. Jadi kalau ada masalah nyata antar pelaku pecinta silat di tanah air mari kita perbaiki dan jangan ditambahi bosoknya.

Pengamatan saya di daerah Ngawi, ada beberapa faktor pemicu tawuran, tetapi salah satunya yang penting adalah perekrutan anggota yang mirip MLM. Itu dari pihak perguruan. Sedangkan di pihak masyarakat, berlatih silat adalah seperti mengikuti parpol atau ormas dan seringkali yang dicita-citakan hanyalah sekedar memperoleh kartu anggota, bukan mempelajari ilmu, menguri-uri budaya, mengolah tubuh agar sehat dst, melainkan keinginan dukdheng dan punya banyak kawan di mana-mana. Penerimaan menjadi anggota perguruan juga disertai upacara yang memberi tekanan signifikasi batin mendalam, misalnya dengan sesaji buah-buahan atau sesaji ayam jago spesifik yang diberi makna esoteris. Jadi anggota perguruan masing-masing memiliki solidaritas mekanis yang sangat tinggi bahkan bawah-sadar.

Di daerah Madiun dan sekitarnya SHT memang besar sekali dan terasa benar kehadirannya mirip parpol, misalnya di jalan raya Ngawi - Sragen, ada banyak patung pesilat yang didirikan bagai monumen Pancasila atau 17/8/45 di sudut-sudut jalan. Namun bukan berarti KS tidak besar. Di desa saya saja dapat dipetakan RT mana yang KS, RT mana yang SHT, dan RT mana Pagarnusa, dan semua diikuti banyak orang.

Semua perguruan di daerah Madiun memiliki jumlah pengikut yang besar biarpun perguruan itu relatif kecil (seperti SH Winongo, misalnya) wung daerah Madiun ini memang daerah pecinta silat sejak zaman kuda gigit besi. Kalau perguruan silat bentrok semua, wah, jadi revolusi sosial barangkali. Sebaliknya, kalau damai semua, bekerja sama untuk prestasi silat, gotong royong untuk kebanggaan bangsa dan bukan sekedar kebanggan perguruan atau desa apalagi dukuh atau RT, tentu daerah ini bisa memberikan banyak hal kepada silat dan bangsa ini, bukannya malu-maluin dengan sikap sempit dan remeh, sok jago tetapi main tawuran, sok gaul naik motor kreditan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun