“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukken bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap “Merdeka atau Mati”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Merdeka!!” (Bung Tomo).
Pengantar
Kutipan kalimat diatas merupakan pidato dari Bung Tomo pada 10 November 1945 saat membakar semangat para pejuang muda di Surabaya. Hari Pahlawan identik dengan perjuangan arek-arek Suroboyo bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI. Menjelang tahun 1950-an, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Sebagaimana diusulkan Sumarsono, mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang ikut ambil bagian dalam peperangan sengit itu.
Sejarah
Kedatangan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap terbuka.Harapan rakyat Indonesia, tentara Jepang yang selama ini sangat mengganggu dapat dilucuti oleh Sekutu. Akan tetapi kedatangan Sekutu yang disertai dengan orang-orang NICA (Netherlands Indies Civil Administration) akan membangun kembali kekuasaan kolonial Belanda. Sikap rakyat Indonesia kemudian berubah menjadi curiga dan selanjutnya memusuhi Sekutu.
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut ditolak oleh Indonesia. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah dibentuk.
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang. Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.
Makna Hari Pahlawan
Setiap tanggal 10 November bangsa kita merayakan Hari Pahlawan, namun terasa mutu peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Peringatan yang kita lakukan saat ini cenderung bersifat seremonial saja. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang pada waktu itu. Tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman.
Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Bangsa ini membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai dan sejahtera, Indonesia yang adil dan demokratis, dan Indonesia yang bersih dan bebas dari korupsi. Negeri kita sedang diwarnai kasus korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir. Karena sudah melibatkan para pejabat tinggi dan yang paling menyedihkan sudah melibatkan para penegak hukumnya sendiri. Yang semestinya mereka membantu membrantas korupsi namun sekarang kebalikan dari semua itu. Dan kita sangat membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya.Karena korupsi adalah akar dari kehancuran sebuah Negara. Karekteristik seorang pahlawan adalah jujur, pemberani, dan rela melakukan apapun demi kebaikan dan kesejahteraan orang banyak. Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing.
Sebagai bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dalam merebut kemerdekaan, sudah selayaknya kita menghormati pengorbanan mereka. Tidak sedikit diantara mereka yang telah mengorbankan jiwa, raga bahkan nyawa sehingga kita bisa merasakan alam kemerdekaan saat ini.
Semangat Persatuan dan Kesatuan
Semangat Bhinneka Tunggal Ika yang mempersatukan ragam suku, ras dan agama merupakan modal utama patriotisme para pahlawan, pengorbanan yang sungguh bermakna hanya untuk kesatuan Negara Republik Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.
Mari kita terus mendepankan persatuan dan kesatuan dan bersama-sama menjaga perdamaian, tolerasi antar umat beragama, persamaan hak baik kaum mayoritas dan minoritas wajib untuk dijunjung tinggi dan hargai sebagai satu modal semangat keanekaragaman Nusantara yang tertuang dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Penutup
Akan sangat ironi bila memperingati hari pahlawan sebatas seremoni saja tanpa mengambil tauladan dari nilai-nilai perjuangan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kepahlawanan pada masa kini perlu diaktualisasikan kembali, diwujudnyatakan dan direvitalisasi dengan memaknai sebagai sesuatu yang sangat urgen, dan sebagai sesuatu yang tidak boleh dilupakan. Implementasinya bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari dalam melaksanakan tugas atau dalam bekerja sesuai profesi masing-masing. Dalam hal ini ada tiga hal penting yang saling mendukung yang harus ada pada setiap orang yakni: semangat, motivasi berprestasi dan ethos kerja keras.
Penting bagi kita sebagai generasi penerus bangsa untuk terus menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan semangat perjuangan para pahlawan terdahulu untuk menghadapi tantangan globalisasi bersama negara lain. Perlu strategi khusus untuk berjuang saat ini dalam meningkatkan kesejahteraan dan stabilitas nasional. Kreativitas tinggi bagi para generasi muda sangat dibutuhkan agar dapat terus bersaing di kancah internasional.
“...perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri…” (Ir. Soekarno)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H