Mohon tunggu...
Wahyu Hidayatz
Wahyu Hidayatz Mohon Tunggu... -

Komikus yang cukup aktif dalam dunia perkomikan. Understanding Love, Brasta Seta, Cintaku tertambat di facebook, Gilanya Bola dan 101 Peradaban Purba adalah komik yang pernah dibuatnya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menertawakan Kemacetan

29 November 2011   06:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:03 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bicara soal lalu lintas Jakarta, pasti selalu dihubungkan dengan kata "macet". Habis bagaimana lagi kenyataannya memang begitu. Lantas sampai kapan kemacetan itu akan terjadi? Tentu saja akan berlangsung sangat lama. Sarana transportasi massal kita sangat menyedihkan, penambahan jalan tak sebanding dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang terlalu signifikan. Apalagi pembuatan jalan yang tak sesuai prosedur membuat jalan itu cepat rusak yang tentu saja menambah kemacetan. Mengenai pertumbuhan jumlah kendaraan, kita pasti trenyuh mendengar produsen motor yang dengan bangganya mengumumkan telah menciptakan rekor penjualan. Dan kita akan geleng-geleng kepala membaca berita ribuan orang indent sebuah mobil bahkan sampai rela nunggu 8 bulan hingga mobil itu tiba di garasi (itu bagi yang punya garasi). Bisa dibayangkan dong beberapa tahun kedepan. Jakarta pasti nggak macet lagi, tapi MUACREEEEETTTTT!!! Dari setiap kemacetan, di semrawutnya lalu lintas,  di setiap inci jalan raya, tanpa kita sadari telah menciptakan banyak cerita.  Baik cerita dramatis, menegangkan, menyebalkan, menggelikan dan berjuta cerita lain yang dialami setiap pengguna jalan ataupun pengguna transportasi umum. Sebagian orang akan menceritakan pengalaman yang dialaminya di jalanan kepada teman dekatnya, baik dengan ngomong langsung atau lewat jejaring sosial. Sebagian lagi menganggap cerita yang dialaminya hanyalah angin lalu yang tak perlu disimpan di memori otak. Lalu bagaimana jika yang mengalami kejadian di jalan raya seorang komikus? Tentu saja ia akan menggoreskan cerita itu dalam bentuk komik. Adalah Diyan Bijac, seorang komikus yang identik dengan tokoh Mat Jagung, komik bersambung yang nongol setiap minggu di harian Koran Tempo. Menuangkan kisah-kisah lucu yang dialaminya atau dialami orang lain tentang suka duka sebagai pengguna jalan raya. Lewat komik 101 Humor Lalu Lintas, Diyan Bijac berhasil  menyajikan realitas yang terjadi di jalanan, yang kadang kita abaikan begitu saja menjadi kumpulan cerita lucu dalam bentuk komik strip satu halaman per cerita. Berbagai cerita di jalan raya, mulai dari suka dukanya naik transportasi umum, pemakai kendaraan yang ugal-ugalan, para pencari nafkah di jalan,  pelanggaran lalu lintas, dan lain-lain. Dikupas habis oleh Diyan. Berikut ini beberapa contoh cerita dalam komik 101 Humor Lalu Lintas:

Lewat komik ini Diyan Bijac berhasil menunjukkan kualitasnya sebagai komikus yang serba bisa. Selama ini kita mengenalnya lewat komik dengan gaya gambar realistis. Tapi di komik ini ia harus menggambarnya dengan gaya kartun. Dan ternyata dia berhasil. Gambarnya terlihat ekspresif, natural, dan berkharakter. Tokoh-tokoh dalam komik ini begitu mewakili setiap elemen masyarakat. Penggambaran tokohnya tampak begitu pas. Gambar situasi jalanan yang ruwet juga sangat bagus, Diyan menggambarnya dengan cukup detail. Nah daripada ngedumel tentang kemacetan yang nggak ada habisnya. Mending kita menertawakan kemacetan sambil membaca komik ini. Tapi ingat, walau komik ini sangat cocok dibaca saat bete karena terjebak kemacetan. Tapi sebaiknya anda tak membacanya sambil menyetir mobil atau mengendarai motor. he he he

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun