Mohon tunggu...
Wahyu Handoko
Wahyu Handoko Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi IT bidang human resources dan suka travelling

Senang memajukan Bangsa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Asap dari WNI di Negeri Tetangga

27 Juni 2013   21:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:19 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih Jakarta. Terima kasih Indonesia! Dua hari lalu adalah hari yang tidak menyenangkan. Sebagai orang Indonesia yang berada di negeri tetangga yang terlewati kabut asap dari negeri sendiri menjadikan setiap hari mendapat pertanyaan seputar hutan di Sumatra. [caption id="attachment_251668" align="aligncenter" width="542" caption="Kabut asap membuat kota menjadi sepi dan gelap di waktu malam. Photo by Wahyu Handoko."][/caption] Hari itu secara cepat kabut asap muncul dan pagi hari seperti di dalam dunia yang lain, dari biasa kota yang banyak kendaraan berlalu lalang, malam itu menjadi kota yang sangat sepi. Pandangan pendek, lampu perkotaan tak tampak, dan terasa kerongkongan yang terasa kering gatal menghirup udara dalam standard API (air pollution index) yang sangat membahayakan. Kamis (26/6) terdengar gemuruh guntur, terdengar ucapan syukur dari semua kolega di tiap sudut ruangan di salah satu kantor wilayah Kuala Lumpur. Semua membuka tirai, dan benar rintik hujan terlihat di kaca. Semua senang dan kelihatan bahagia. Pembenihan hujan ini dilakukan baik oleh Indonesia dan Malaysia nampak berhasil, bahkan dalam harian Kompas online saya membukakan foto-foto usaha Indonesia dengan tenaga angkatan militernya yang bahu membahu membuat hujan buatan. Mereka paham atas usaha pemadaman ini. Setiap hari kami semua memantau berita dari berbagai sumber, sedang bagi teman-teman di KL mereka tahu dulu saya dari salah satu perusahaan yang lahannya terbakar ini, tenaga konsultan IT dari almamater perusahaan ini sebagian melanjutkan karir di Singapura dan Malaysia dan negara lain tentunya. Dan antar tenaga konsultan ini sebagian menjadi pertemanan satu sama lainya baik antar warga Malaysia maupun Singapura. Dengan segala yang pernah saya tahu, termasuk tenaga SDM di perusahaan yang lahannya terbakar itu juga banyak yang direkrut dari Malaysia. Jadi soal kepemilikan lahan di Riau dan lain sebagainya, saling tahu dan menyadari. [caption id="attachment_251669" align="aligncenter" width="542" caption="Pemandangan normal yang bersih seperti semula nampak pada 27 Juni 2013. Photo by Wahyu Handoko"]

1372343653277209903
1372343653277209903
[/caption] Satu pertanyaan yang diutarakan oleh seorang Malaysia ketururan China kepada saya "Lalu apa yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap penduduk yang terkena dampak?". "Usaha apa yang akan dilakukan dimasa depan, karena ini sering terjadi?". Pertama, saya sangat senang nama Indonesia dengan lengkap dalam kalimat, dan inilah bagian dari tugas kami, warga Indonesia di negeri jiran supaya tegak nama Indonesia, bukan hanya disebut 5 huruf terdepan. Selama kita semua warga Indonesia menampakan kearifan dan keahlian akan nampak semakin berdirilah nama utuh Indonesia. Sebutan nama untuk Indonesia yang tidak utuh dalam situasi seperti ini mudah sekali dikeluarkan. Jawaban pertanyaan diatas bukan untuk saya jawab, tapi itulah sebenarnya yang pemerintah siapkan di masa datang. Komentar pro kontra dalam media adalah wajar, namun pribadi menilai bahwa hasil dari ini semua sebenarnya adalah akumulasi dari sekian hal yang kita lakukan sendiri. Maaf, sebagai orang yang sering terlibat dalam project di dalam human resources saya menilai bahwa recruitment SDM di semua lini di pemerintahan di negeri kita adalah buruk. Sejak lama kita mentolerir recruitment yang bukan berdasar keahlian namun hanya pada kedekatan family, politik, dan kolusi yang akhirnya melahirkan pungawa pemerintahan dan semua departemen di Indonesia terasa mlempem. Tujuan semua hanya materi tanpa nurani, action yang lambat dalam segala kejadian. Saling mengolok adalah cerminan ketidak percayaan satu sama lain. Namun itu terlahir karena memang dari kita sendiri, jadi sadarilah. Selagi negara tetangga, bahkan negara yang pernah menjadi murid sudah lari kencang, namun sang guru lebih sibuk dengan urusan internal partai, bahkan partai yang dulu diidamkan menjadi motor kebaikan sudah lepas dan terlibat dalam korupsi. Rasanya ucapan oksigen gratis dari Indonesia untuk Singapura juga tidak etis, udara adalah universal mereka mengalir kemana seluruh dunia, mengalir dari tempat dingin ke tempat panas. Ketika Anda terbang ke negara lain apakah Anda juga membawa oksigen dari Indonesia sendiri? Selama Anda masih ada di darat dan udara, oksigen didapat di mana saja, oksigen harus dibawa hanya ketika Anda sedang menyelam. Saya ucapkan terima kasih kepada Jakarta, kepada Indonesia, yang hari ini (27/6) nampak langit cerah ceria di wilayah Kuala Lumpur karena asap tidak lagi menaungi kami semua, warga Indonesia di negeri tetangga. Ke depan adalah tanggung jawab bersama, pemilihan generasi yang cerdas, visioner, jujur dan ber-attitude baik adalah keharusan demi cemerlangnya Indonesia.  Miskin atau kaya itu bukan ukurannya namun kesederhanaan dan bernurani jauh lebih penting. Baca juga: Sentimental Kebakaran Hutan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun