Mohon tunggu...
Wahyu Fajri
Wahyu Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah seorang mahasiswa yang suka menulis.

Saya adalah seorang penulis puisi, diary, dan bisa berita. Pokoknya bisa random..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Karena Corona, Kita Jadi Semakin Taat atau Sesat kepada Allah SWT?

30 Juni 2021   20:27 Diperbarui: 30 Juni 2021   21:19 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus SARS-CoV-2 yang merupakan varian yang pertama telah menyebar ke hampir penjuru dunia sejak pertama kali muncul di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Kemudian hingga kini pada Juni 2021, telah menyebabkan ratusan juta manusia terkonfirmasi positif dan jutaan manusia mengalami ajalnya atas kasus ini. Pandemi ini sudah mulai menyerang di Eropa, Amerika Serikat dan Asia Tenggara dan mulai menimbulkan kekacauan di Afrika dan Amerika Selatan setelah tidak lama kemunculannya di tempat awalnya.

Keberadaan Covid-19 yang mematikan ini telah banyak menyita perhatian dunia. Ada yang menanganinya dengan sangat serius, ada pula yang seolah-olah tak mau tahu, tapi karena hari demi hari penyebarannya semakin banyak. Oleh karena itu, para kepala negara di dunia dengan segera membuat kebijakan untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Lambat laun kehidupan manusia mengalami kepanikan karena harus beradaptasi dengan virus ini yang belum pasti kapan berakhirnya.

Di sisi lain virus corona atau covid-19 telah melumpuhkan perekonomian dunia, termasuk Indonesia, sebagaimana terlihat dalam kehidupan sehari-hari di kalangan menengah ke bawah seperti pedagang kelontong, penjual ikan, dan pedagang sayur. Mereka merasakan menurunnya daya beli masyarakat karena ketidaknyamanan para konsumen dalam berbelanja. Seperti dilansir dari laman Bisnis.com bahwa Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah ini, sekitar 93,2 persen di antaranya terdampak negatif di sisi penjualan.

Berkaca dari berbagai masalah dan kepanikan tersebut, seharusnya manusia sadar bahwa mereka hanya makhluk dan yang harus mereka paling takuti yaitu Allah SWT. Kita yang beragama islam seyogyanya mengerti akan kekuasaan Allah SWT. Seperti yang sudah tercantum di dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 253 pada potongan ayat terakhir yang berbunyi "Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". Lalu bagaimana sikap kita jika Allah sudah berkehendak menurunkan bala tentara-Nya yang berupa virus SARS-CoV-2 ini?.

Setiap orang yang beragama islam seharusnya juga memiliki keimanan. Jadi untuk menjawab pertanyaan pada paragraf sebelumnya, maka kualitas keimanan kita lah yang dapat menentukan. Hal ini senada dengan firman Allah Surat Al Ankabut ayat 2-3: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Al Ankabut [29]: 2-3).

Dari ayat tersebut, kita dapat mengambil dua ibrah yaitu bahwasannya pandemi yang diturunkan ke dunia ini adalah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hambanya. Rasa kasih sayang Allah SWT direalisasikan dengan menurunkan ujian kepada hamba-Nya. Kemudian yang kedua yaitu kualitas iman kita lah yang menjadi jawabannya. Orang yang beriman jika diberi cobaan pasti akan bersabar. Jadi kualitas imanlah yang akan menjadi kunci jawaban dari pertanyaan di atas. Akankah kita menjadi lebih taat atau malah semakin menjauh dari Allah serta melakukan kemaksiatan.

Ujian Allah itu sama halnya dengan ujian di sekolah. Jadi setiap waktu ada tingkatannya. Jika kita lulus maka akan naik kelas dan bertambah derajat kita. Namun jika gagal, maka akan mengulangi kelas dan bahkan ada yang meninggalkan kelas atau turun kelas mungkin, naudzubillah min dzalik.

Terus bagaimana sikap kita jika dianggap lulus ujian. Seperti dijelaskan di atas bahwa orang yang beriman jika ditimpa ujian pasti akan bersabar. Jadi jika merasa orang yang beriman, marilah tetap bersabar dalam menghadapi pandemi ini. Merenung dan memikirkan betapa besarnya kuasa Allah SWT sehingga kita semakin takut dengan-Nya. Semakin takut kita kepada Allah SWT, maka harusnya semakin kita mendekat kepada-Nya. Meskipun ibadah kita terhalang oleh pandemi ini, hal itu tidak menjadikan kita untuk menurunkan kualitas dan kuantitas ibadah kita. Meskipun sedang isolasi mandiri di rumah misalnya, hal itu tidak menjadi kita semakin malas beribadah. Justru kita harus mempertebal ibadah dan doa kepada Allah SWT, agar dicap sebagai orang yang beriman dan bertaqwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun