[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption] Ada-ada saja cara seseorang mengapresiasikan hobinya. Adalah Ir Doko Prayitno, Kepala Desa Pinang Gading Keca-matan Merlung Kab. TanjabBarat ini memilih hobi memelihara Ular Sanca sepanjang delapan meter. keberadaan hewan buas ini sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan pengunjung rumah makan yang dimilikinya. Tak pernah sepi, ular dengan bobot lebih dari seratus kilogram ini terbilang tidak susah dalam perawatannya. Bagaimana lika-liku perjalanan Doko dalam memperoleh dan merawatnya? PAGI itu cuaca sedikit mendung menyelimuti Desa Pinang Gading Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjab Barat, Kamis (8/5). Senyum ramah Doko Prayitno menyambut kedatangan saya ketika menyambangi Rumah Makan Arema. Persis di halaman belakang RM, terdapat pemandangan unik. Sebuah kandang terbuat dari besi sepanjang 3 meter terisi dua ekor ular sanca. Masing-masing sepanjang 8 meter dan 7,5 meter. Disusun 2 tingkat, sang ular “raksasa” ini tengah asyik tertidur pulas. Di sampingnya tergeletak seekor bangkai monyet sebagai menu spesial bagi sang ular untuk disantap. Sambil duduk di sisi kandang, Doko bercerita seputar hobinya yang terbilang unik. Awalnya, Doko memiliki hobi memelihara beraneka jenis burung. Karena terbilang sulit dalam perawatan, akhirnya burung-burung peliharaannya banyak yang mati bahkan lepas dan hilang. Akhirnya pria asal Jawa Timur ini mengalihkan hobinya memelihara ular. Di samping hewan lain yang juga mengisi hobinya, yaitu ungko, monyet, dan beruk. Sebelum memiliki 2 ekor sanca raksasa ini, Doko pernah memelihara tiga ekor ular masing-masing sepanjang 5 meter. Waktu itu, kandang terbuat dari kayu. Tanpa diketahui penyebabnya, ketiga ekor ular tersebut lepas dari kandangnya. “Waktu diperhatikan, rasanya tidak ada lobang ular itu untuk keluar,” sambungnya. Tidak selang beberapa lama, sekitar Januari 2014 lalu terjadi kegaduhan di desanya. Banyak ayam warga yang hilang dan diduga dimakan ular. Bersama warga, dia lantas mengejar dan mencari sang ular. Tepat ketika di kebun sawit Desa Dusun Mudo Kecamatan Muara Papalik, sang ular berhasil diringkus dengan tangan kosong ketika tengah menyantap babi hutan. Tak kepalang tanggung, dibutuhkan tenaga 4 orang untuk “menundukkan” sang sanca hingga akhirnya menjadi peliharaan Doko. Dalam pemeliharaan, Doko mengaku tidak pernah mengalami kesulitan. Kandang cukup dibersihkan satu kali sebulan. Disiram dengan air mengganti air untuk “mandi dan basah-basah” sang ular. “Ternyata ular lebih senang dalam kondisi lembab dan basah. Makanya pada bagian bawah kandang dibuat berbentuk cekungan berisi air,” sambungnya. Dari dua ekor Sanca yang dimilikinya, ular pertama sepanjang 7,5 meter diperolehnya pertengahan 2012 lalu dengan berat hingga 70 kilogram. Sedangkan ular kedua sepanjang 8 meter dengan berat 100 lebih diperoleh Januari 2014 lalu. Ditanya untuk makan hewan-hewan peliharannya, Doko mengaku tidak pernah mengalami kesulitan. Tiap ular diberi makan seekor babi setiap 8 bulan. dan seekor monyet setiap bulan. “Untuk babi dan monyet, biasanya dari warga yang berburu. Jika hewan buruan itu masih hidup, maka saya beli untuk dipelihara. Jika sudah mati, ya untuk makanan ular itu. Kalau dikasih makan ayam ularnya tidak mau. Kekecilan...,” tukasnya berseloroh sambil memperlihatkan seekor monyet yang sudah mati didalam kandang untuk makan sang ular. Menurutnya, ular-ular tersebut tiap tiga bulan sekali ganti kulit. Setiap ganti kulit maka panjangnya selalu bertambah. Saat ini, diameter perut sang ular sudah mencapai 25 cm. “Wah, jangankan monyet, anak manusia juga bisa ditelen dengan ular seukuran itu,” katanya. Sejauh ini, dia mengaku ular peliharaannya tidak mengandung resiko atau mengancam keselamatan warga. Selain kandang yang terbuat dari besi, ular merupakan hewan yang sensitif. “Dia tidak akan menyerang jika tidak terusik atau terancam. Sifat ular akan lebih suka menghindar jika bertemu manusia,” tutur Doko. Pemikat Rumah Makan Pria yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Desa Pinang Gading ini juga sekaligus pemilik Rumah Makan Arema di Jalan Lintas Timur Kilometer 88 Desa Dusun Mudo. Keberadaan ular di halaman belakang rumah makan sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang datang. Walhasil, tiap pengunjung rumah makan pasti menyempatkan waktu untuk melihat hewan peliharaannya. “Minimal setelah melihat, mereka minum atau makan. Jadi hobi tersalurkan, bisnis rumah makan juga jalan,” ujarnya membagi trik bisnis rumah makannya. Ditanya tentang perhatian Dinas Peternakan terhadap hewan peliharaannya, Doko mengaku sejauh ini tidak pernah ada masalah. “Ular kan bukan termasuk hewan yang dilindungi. Apalagi keberadaannya di sini sekedar hobi sekaligus daya tarik bagi rumah makan,” tutup Doko Prayitno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H