JAMBI—Puskesmas idealnya menjadi garda terdepan layanan kesehatan (yankes) masyarakat. Namun apalah jadinya—jika ternyata hanya buka dua jam sehari. Dari pukul 10 hingga pukul 12 siang. Walhasil, banyak masyarakat yang kecewa bahkan tidak bisa berobat. Kekesalan ini memuncak hingga akhirnya sebagian warga merusak Puskesmas Muara Papalik Kabupaten Tanjab Barat Provinsi Jambi pada Senin (28 /4) lalu. Meski Kepala Puskesmas telah sering diingatkan warga untuk meningkatkan layanannya, namun buruknya layanan masih terus terjadi sejak tiga bulan terakhir.
Aksi pengrusakan ini dilakukan oleh sebagian orang tak dikenal. Dengan cara melempari puskesmas hingga kaca pintu dan jendela ruang IGD Puskesmas Muara Papalik Desa Rantau Badak Lamo pecah berhamburan. Saat itu, sedang tidak ada petugas di Puskesmas karena memang tidak disediakan petugas atau perawat jaga yang seyogyanya siap sedia 24 jam untuk memberikan pertolongan pertama.
Salah seorang warga yang dihubungi, Muhammad Sain mengungkapkan kekecewaannya atas layanan puskesmas. “Saya kecewa dengan pihak puskesmas. Terutama Kepala Puskesmas yang tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan. Masak iya, baru puka pukul 10 pagi, dan sudah tutup pukul 12 siang,” ujar Sain, Jum’at (9/5) lalu.
Menurutnya, Kepala Puskesmas justru lebih serius menggarap praktek pengobatan di rumahnya dengan tarif berobat sekitar Rp 60.000 per sekali berobat. Kuat dugaan, praktek pengobatan di rumah tersebut justru memanfaatkan obat-obatan jatah puskesmas yang terlebih dahulu dikirimkan ke rumahnya sebelum dibawa ke Puskesmas. “Padahal sudah sering diingatkan warga agar meningkatkan layanannya, tapi selalu tidak ditanggapi,” ujar Sain.
Sementara Camat Muara Papalik Kabupaten Tanjab Barat Provinsi Jambi, Andrizal S.Pd mengakui bahwa selama ini kedisiplinan pihak puskesmas juga kurang. Namun menurutnya, tetap saja tidak harus melampiaskannya dengan merusak fasilitas milik pemerintah. “Ada hal lain yang juga harus diperhatikan, yaitu akses jalan menuju rumah sakit yang masih jalan tanah. Bahkan terkadang licin. Hal ini pula yang menjadi salah satu sebab sering terlambatnya layanan kesehatan di Puskesmas itu,” ujar Andrizal.
Pantauan di lapangan, jalan tanah yang dimaksud berupa jalan tanah sepanjang 200 meter dari jalan utama menuju Puskesmas. Sementara menurut warga, perawat dan tenaga medis lain justru tinggal di seputaran desa dan puskesmas. Sehingga tidak ada alasan keterlambatan operasional Puskesmas. “Kan bisa saja kendaraan dititip di rumah warga jika memang jalan kesana licin. Hal itu tidak akan terjadi jika saja Kepala Puskesmas mampu mendisiplinkan pegawai puskesmas,” ujar warga lain yang minta namanya dirahasiakan. Ditambahkannya, jangankan layanan 24 jam seperti Puskesmas di Kabupaten lain, untuk layanan paling minimal saja sulit terpenuhi.
Kepala Puskesmas, dr. A. Surya Dharma Ginting ketika dihubungi lewat telepon selulernya mengakui bahwa kedisiplinannya terhadap standar operasional minimal kesehatan masyarakat masih kurang. Sembari menyatakan sangat prihatin atas kejadian ini. “Mengapa fasilitas pemerintah yang seharusnya dipelihara malah dirusak oleh orang tak bertanggung jawab. Dan saya berharap kejadian ini tidak terulang lagi di kemudian hari,” harap Surya Ginting. (edi suharno)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H