Obesitas merupakan suatu keadaan disaat tubuh kelebihan lemak dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek psikososial. Selain itu obesitas pada anak berpotensi untuk mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian menjelang dewasa.
Berdasarkan data WHO, terdapat lebih dari 340 juta anak dan remaja berusia 5-19 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2016. Obesitas pada anak dikaitkan dengan kemungkinan obesitas, kematian dini, dan kecacatan yang lebih tinggi di masa dewasa. Namun selain peningkatan risiko di masa depan, anak obesitas mengalami kesulitan bernapas, peningkatan risiko patah tulang, hipertensi, penanda awal penyakit kardiovaskular, resistensi insulin dan efek psikologis.
Berdasarkan data posyandu desa Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, tercatat terdapat beberapa permasalahan gizi yang sering muncul yaitu ibu hamil KEK, anemia, gizi kurang, dan gizi lebih. setelah dilakukan observasi lebih lanjut di lapangan, ditemukan beberapa masalah gizi pada anak dan balita yaitu gizi kurang, gizi lebih, obesitas, dan stunting. Selin itu, terdapat banyak anak dan balita yang berisiko mengalami obesitas.
Pada tanggal 4 September 2021, mahasiswa UNNES bernama Wahyu Dwi Sasanti yang berasal dari Program Studi Gizi Universitas Negeri Semarang yang kebetulan sedang melakukan PKL di Desa Metuk melakukan intervensi berupa permainan gizi “Tempel Kartu” untuk mencegah kejadian obesitas di Desa Metuk. Kegiatan tersebut diikuti oleh 20 anak yang dilaksanakan di Musholla dukuh Rejoso.
Teknik bermainnya adalah sebagai berikut :
- Mahasiswa melempar bola secara acak. Anak yang menangkap bola diwajibkan untuk menempelkan 1 kartu yang dipilih bebas.
- Selanjutnya anak yang sudah menempel kartu diberikan kesempatan untuk melemparkan bola secara acak kepada peserta/anak lainnya.
- Bagi anak yang menangkap bola diwajibkan untuk menempelkan kartu.
- Begitu seterusnya hingga kartu habis ditempel.
Setelah diberikan penjelasan dan koreksi, anak di berikan kesempatan untuk menyusun menu sehari dalam piring “isi piringku” dan menempelkan kartu makanan yang tidak sehat ke kategori di buang.
Hasilnya, anak-anak dapat menempel kartu sesuai dengan kategorinya. Meskipun masih ada yang salah menempelkan namun secara keseluruhan anak sudah paham dengan makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi atau dihindari dan fungsi atau manfaat dari makanan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H