Meskipun pada kenyataannya, didalam hati saya sendiri masih sangat pesimis akan hal tersebut. Salah satunya, karena eksistensi THM itu. Karena teman saya pernah berkata bahwa penghasilan dari THM itu sendiri, juga dirasakan seluruh masyarakat melalui pajaknya. Karena pajak dari THM juga menjadi bagian dari pembangunan segala infrastruktur yang ada di Kota Palopo ini. Selain itu, banyaknya tindak kriminal yang terjadi di Kota Palopo, juga menjadi salah satu penyebab saya merasa pesimis akan dimensi religi itu. Termasuk sejumlah pejabat yang ada di Kota ini, yang terseret kasus korupsi.
Lantas apa maksud tujuan dari Dimensi Religi itu? Apakah bukan masalah ketika sebutan Kota Religi melekat pada sebuah Kota, yang membiarkan hal-hal yang tidak disukai-Nya terjadi? Yah.. lagi-lagi saya sebagai orang awam, tak tahu harus berbuat apa-apa. Ini hanyalah sebuah bentuk keprihatinan penulis terhadap realitas kota in, yang berupaya menyatukan ''Dimensi Religi dan LaranganNya''. (*)