Mohon tunggu...
Wahyudi
Wahyudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka liburan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keuangan Publik Islam: Pilar Utama dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial yang Berkelanjutan

14 Januari 2025   07:57 Diperbarui: 14 Januari 2025   07:57 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keuangan publik Islam merupakan bentuk pengelolaan keuangan oleh negara yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Bidang ekonomi Islam ini berupaya untuk mendorong keadilan sosial, distribusi kekayaan yang adil, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Berbeda dari sistem keuangan tradisional, keuangan publik Islam memiliki ciri-ciri khusus yang menonjolkan pemberantasan riba, alokasi zakat, dan pembentukan sistem keuangan yang berakar pada keadilan. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh konsep, mekanisme, dan signifikansi keuangan publik Islam dalam mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Landasan keuangan publik Islam dibangun atas nilai-nilai fundamental yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Prinsip-prinsip utama dalam kerangka ini meliputi keadilan ekonomi, pemberantasan riba, konsep kebersamaan, serta transparansi dan akuntabilitas. Keadilan ekonomi berfokus pada upaya memastikan distribusi kekayaan yang adil untuk mencegah penindasan dan ketidakadilan. Dengan melarang riba, eksploitasi melalui bunga dapat dikurangi, yang membantu mengurangi kesenjangan ekonomi. Selain itu, prinsip kebersamaan mendorong kohesi sosial melalui mekanisme redistribusi kekayaan seperti zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. Terakhir, transparansi dan akuntabilitas menuntut agar pengelolaan keuangan dilakukan dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab.

Instrumen utama yang ditujukan untuk memenuhi tujuan sosial dan ekonomi merupakan hal mendasar bagi keuangan publik Islam. Zakat, yang mewajibkan umat Islam untuk menyisihkan sebagian kekayaan mereka bagi mereka yang membutuhkan, merupakan salah satu instrumen penting tersebut. Dalam ranah keuangan publik, zakat berfungsi sebagai sumber pendapatan negara yang potensial yang diarahkan untuk inisiatif pengentasan kemiskinan. Selain itu, wakaf merupakan mekanisme sukarela penting lainnya, di mana aset yang disumbangkan dikelola untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. Misalnya, wakaf produktif dapat digunakan untuk membangun sekolah, rumah sakit, atau berbagai bentuk infrastruktur sosial.

Instrumen lain yang digunakan dalam sejarah Islam termasuk jizya dan haraj. Jizya adalah pajak yang dikenakan pada non-Muslim sebagai imbalan atas perlindungan dan layanan pemerintah, sementara haraj adalah pajak properti. Kedua instrumen ini merupakan bentuk kontribusi publik untuk mendukung keuangan publik. Lebih jauh, setiap aktivitas keuangan dalam Islam harus bebas dari unsur gharar (ketidakpastian) dan maysir (perjudian), dan pengelolaan keuangan publik harus memiliki pandangan yang jelas dan objektif yang memainkan peran strategis dalam menciptakan kesejahteraan sosial. Fokusnya harus pada kegiatan yang bermanfaat.

Keuangan publik Islam didasarkan pada prinsip keadilan dan distribusi kekayaan yang merata dan bertujuan untuk mengurangi kemiskinan melalui langkah-langkah seperti zakat, infaq, dan sedekah. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat miskin, antara lain pendidikan, kesehatan, dan pangan. Lebih jauh lagi, instrumen redistributif dalam keuangan publik Islam bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin serta menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis. Wakaf produktif juga berperan penting dalam pembangunan infrastruktur sosial. Jika dikelola dengan baik, wakaf dapat digunakan untuk membangun fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Kehadiran fasilitas-fasilitas tersebut tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, namun juga mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, sistem keuangan Islam yang bebas dari riba dan spekulasi menjamin stabilitas ekonomi yang lebih baik dan membantu mencegah krisis keuangan yang sering kali disebabkan oleh aktivitas spekulatif.

Beberapa negara telah berhasil memasukkan konsep pembiayaan pemerintah Islam ke dalam sistem perpajakan dan kebijakan ekonomi mereka. Malaysia, misalnya, dianggap memiliki salah satu sistem keuangan Islam yang paling maju. Pemerintah Malaysia memusatkan pengelolaan zakat dan wakaf melalui lembaga publik seperti Lembaga Tabung Haji, yang berkontribusi terhadap pembangunan negara. Di Indonesia, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan pengembangan wakaf produktif merupakan contoh penerapan keuangan publik Islam. Arab Saudi juga menggunakan pendapatan zakat dan wakaf untuk mendukung program sosial dan keagamaan serta menggunakan sistem pajak berbasis syariah untuk mengatur perekonomian.

Meskipun potensinya besar, pembiayaan negara Islam juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya pemahaman masyarakat dan pemerintah tentang prinsip dan mekanisme keuangan publik Islam. Ada kebutuhan untuk meningkatkan pendidikan dan literasi keuangan Islam untuk memastikan pemahaman yang lebih baik. Selain itu, peraturan keuangan publik Islam masih terpisah dari sistem keuangan konvensional di beberapa negara, dan harmonisasi peraturan diperlukan untuk mendukung implementasi yang lebih komprehensif. Inovasi dalam keuangan publik Islam juga menimbulkan tantangan. Misalnya, digitalisasi zakat dan wakaf masih terbatas di banyak negara. Pengembangan teknologi berbasis Syariah dapat menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi pengelolaan keuangan publik. Selain itu, sistem keuangan publik Islam memerlukan pengawasan ketat untuk memastikan bahwa dana dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Teknologi seperti blockchain dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

Pemerintah juga perlu memastikan bahwa kebijakan keuangan publik Islam konsisten dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Misalnya, prinsip lingkungan Islam dapat dimasukkan ke dalam sistem perpajakan. Penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan wakaf produktif dapat menjadi langkah penting dalam mendukung agenda keberlanjutan. Kerjasama antara pemerintah, lembaga swasta dan masyarakat juga penting untuk keberhasilan implementasi keuangan publik Islam. Pemerintah dapat memberlakukan peraturan untuk membantu mengelola zakat dan wakaf, sementara sektor swasta dapat menyediakan teknologi dan platform untuk memudahkan pengumpulan dan penyaluran dana. Partisipasi aktif masyarakat diperlukan untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul benar-benar digunakan sesuai dengan tujuan Syariah.

Lebih jauh lagi, pengembangan infrastruktur pendidikan berbasis keuangan Islam sangat penting untuk melahirkan generasi yang memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam. Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang fokus pada pengajaran ekonomi Islam akan memungkinkan generasi mendatang untuk lebih banyak lagi berkontribusi terhadap pengelolaan keuangan publik yang berbasis Syariah. Hal ini tidak hanya akan memperkuat penerapan keuangan Islam di tingkat nasional tetapi juga memperluas pengaruhnya di tingkat global. Keuangan publik Islam juga dapat menjadi sarana memperkuat hubungan diplomatik antarnegara Islam. Prinsip umum dalam pengelolaan keuangan memungkinkan negara-negara Islam bekerja sama untuk mendukung proyek infrastruktur, perdagangan, dan pengentasan kemiskinan. Misalnya, mendirikan dana investasi bersama berbasis Syariah dapat menjadi solusi untuk membiayai pembangunan infrastruktur di negara berkembang.

Keuangan publik Islam merupakan solusi tepat untuk menjawab tantangan sosial dan ekonomi kontemporer. Berdasarkan prinsip keadilan, transparansi, dan distribusi kekayaan yang adil, keuangan publik Islam dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan kesejahteraan sosial yang berkelanjutan. Namun, keberhasilannya memerlukan komitmen bersama dari pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat untuk mendukung penerapan prinsip-prinsip Syariah dalam pengelolaan keuangan publik. Jika didekati dengan tepat, keuangan publik Islam tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan umat Islam tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat global pada umumnya. Penerapan keuangan publik Islam juga berpotensi mengatasi masalah kesenjangan ekonomi global. Prinsip distribusi kekayaan yang adil melalui instrumen seperti zakat dan wakaf menawarkan solusi bagi negara-negara yang menghadapi kesenjangan ekonomi yang besar. Dengan dukungan regulasi yang kuat, instrumen ini dapat digunakan untuk membiayai program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan sosial di negara-negara berkembang, sehingga menciptakan tatanan ekonomi global yang lebih adil dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun