Mohon tunggu...
Wahyudi Yahya
Wahyudi Yahya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Punya Konsep Tersendiri Tentang Platonic Love

25 Mei 2018   22:56 Diperbarui: 25 Mei 2018   22:56 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cinta platonik adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menyebut sebuah relasi yang sangat afektif, tetapi di mana unsur-unsur rasa ketertarikan secara seksual tidak terdapat"

Begitulah kata Wikipedia, banyak juga yang bilang kalau cinta platonik itu adalah tentang seorang sahabat yang mencintai sahabatnya dengan sangat, tanpa mengharapkan untuk menjadi pacar apalagi pendamping hidup.

Aaah, Is That Real ? aku enggak percaya itu sampai aku benar-benar mengalaminya sendiri, dan alasan utama kenapa tulisan ini tercipta ya karna aku telah mengalaminya.

Apa pernah

Kamu tersenyum melihatku tersenyum ?

Jika kau bertanya sebaliknya

Jawabanku, "Selalu"


Tulus, Ikhlas, Rela Berkorban, kata-kata apa lagi yang bisa merepresentasikan perasaan penuh pengorbanan ini ? Dramatis ? Ironis ? Iya, jika kita melihatnya dari sisi negatifnya, tapi mari kita mulai bercermin dan menatap ke sudut lain dari konsep "tanpa mengharapkan balasan ini".


Kamu tak sadar

Akupun tak mengharapkan kamu sadar

Tetaplah menatap kedepan

Aku akan tetap dibelakangmu

Aku akan memunguti serpihan kesedihan

Yang kamu jatuhkan di perjalanan

Agar kau tetap tak sadar

Dan lupa bahwa kau pernah bersedih

Itu sudah tugasku

Aku Normal, aku mencintai seorang wanita.

Namun, dengan bermodalkan konsep yang dikemukakan oleh filsuf ternama beberapa dekade lalu, yang sebenarnya aku tak percaya bahwa dulu itu sudah ada cinta, mengingat kisah tentang kota di italia, Pompeii, dimana tidak ada cinta disana (pada jaman dulu), hanya ada seks. 

Untukmu

Bagiku

Cinta ini

Bukan hanya sekedar saling memiliki

Bukan untuk saling memenjarai

Tidak sepenuhnya benar jika aku tidak mengharapkan balasan, hanya saja aku memaksa diri ini untuk bisa tetap setulus mungkin seperti teori yang dikemukakan diatas, bukankah dari pandangan Islam juga sebaiknya kita tidak melampaui batas, kau bukan istriku, jadi aku tak punya hak untuk ini itu, aku hanya menugaskan diriku sebagai teman terbaikmu yang akan selalu ada kapanpun kamu butuh. 

Aku ada dibelakang

Tengoklah kemari jika kau butuh

Jika tidak

Aku akan melanjutkan pekerjaanku

Sambil membereskan

Serpihan masa lalu yang kau jatuhkan

Sampai kapan ini akan berakhir ? apa kita sanggup menahannya jika kondisinya selamanya akan seperti ini ? tentu tidak, disinilah fungsinya kita punya Agama, ada tempat dimana kamu bisa mengadu tentang apapun, ada tempat dimana kamu bisa menangis tanpa harus malu pada siapapun, ada tempat yang bisa menyembuhkan dari penyakit apapun, termasuk penyakit hati. Rumah Allah selalu terbuka kapanpun dan ada disetiap RT di Indonesia. 

Aku selalu mengeluh
Namun Aku tak pernah berhenti bersyukur
Terima Kasih Allah
Ada lebih banyak kebahagiaan yang kau berikan
Di bandingkan dengan kisah menyedihkan
Tentang Cinta yang haram





Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun