"Cinta platonik adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menyebut sebuah relasi yang sangat afektif, tetapi di mana unsur-unsur rasa ketertarikan secara seksual tidak terdapat"
Begitulah kata Wikipedia, banyak juga yang bilang kalau cinta platonik itu adalah tentang seorang sahabat yang mencintai sahabatnya dengan sangat, tanpa mengharapkan untuk menjadi pacar apalagi pendamping hidup.
Aaah, Is That Real ? aku enggak percaya itu sampai aku benar-benar mengalaminya sendiri, dan alasan utama kenapa tulisan ini tercipta ya karna aku telah mengalaminya.
Apa pernah
Kamu tersenyum melihatku tersenyum ?
Jika kau bertanya sebaliknya
Jawabanku, "Selalu"
Tulus, Ikhlas, Rela Berkorban, kata-kata apa lagi yang bisa merepresentasikan perasaan penuh pengorbanan ini ? Dramatis ? Ironis ? Iya, jika kita melihatnya dari sisi negatifnya, tapi mari kita mulai bercermin dan menatap ke sudut lain dari konsep "tanpa mengharapkan balasan ini".
Kamu tak sadar
Akupun tak mengharapkan kamu sadar
Tetaplah menatap kedepan
Aku akan tetap dibelakangmu
Aku akan memunguti serpihan kesedihan
Yang kamu jatuhkan di perjalanan
Agar kau tetap tak sadar
Dan lupa bahwa kau pernah bersedih
Itu sudah tugasku
Aku Normal, aku mencintai seorang wanita.
Namun, dengan bermodalkan konsep yang dikemukakan oleh filsuf ternama beberapa dekade lalu, yang sebenarnya aku tak percaya bahwa dulu itu sudah ada cinta, mengingat kisah tentang kota di italia, Pompeii, dimana tidak ada cinta disana (pada jaman dulu), hanya ada seks.Â
Untukmu
Bagiku
Cinta ini
Bukan hanya sekedar saling memiliki
Bukan untuk saling memenjarai
Tidak sepenuhnya benar jika aku tidak mengharapkan balasan, hanya saja aku memaksa diri ini untuk bisa tetap setulus mungkin seperti teori yang dikemukakan diatas, bukankah dari pandangan Islam juga sebaiknya kita tidak melampaui batas, kau bukan istriku, jadi aku tak punya hak untuk ini itu, aku hanya menugaskan diriku sebagai teman terbaikmu yang akan selalu ada kapanpun kamu butuh.Â
Aku ada dibelakang
Tengoklah kemari jika kau butuh
Jika tidak
Aku akan melanjutkan pekerjaanku
Sambil membereskan
Serpihan masa lalu yang kau jatuhkan
Sampai kapan ini akan berakhir ? apa kita sanggup menahannya jika kondisinya selamanya akan seperti ini ? tentu tidak, disinilah fungsinya kita punya Agama, ada tempat dimana kamu bisa mengadu tentang apapun, ada tempat dimana kamu bisa menangis tanpa harus malu pada siapapun, ada tempat yang bisa menyembuhkan dari penyakit apapun, termasuk penyakit hati. Rumah Allah selalu terbuka kapanpun dan ada disetiap RT di Indonesia.Â
Aku selalu mengeluh
Namun Aku tak pernah berhenti bersyukur
Terima Kasih Allah
Ada lebih banyak kebahagiaan yang kau berikan
Di bandingkan dengan kisah menyedihkan
Tentang Cinta yang haram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H