Rahasia Besar Demalung
Oleh Wahyudi Nugroho
Pertempuran masih berjalan terus. Meski sebagian anggota penyamun banyak yang memilih menghindar, daripada melanjutkan pertempuran yang sudah tak mampu diharapkan menang.
Ajak Wana telah tewas. Pembantu dekat Demalung, si kembar Srengga Srenggi dan Si cebol Genjik, juga sudah mampus. Tinggal Demalung yang masih ada. Namun manusia bertopeng babi hutan itu juga tak mampu untuk segera mengalahkan musuhnya.
Waktu terasa berjalan lebih cepat. Ayam hutan ramai berkokok bersautan. Di timur semburat sinar mentari menghiasi langit. Meski kegelapan malam belum sepenuhnya pergi.
Para pedagang yang diungsikan masuk ke goa Terawang, tak seorangpun yang bisa tidur. Mereka duduk memeluk lutut melawan dinginnya udara menjelang pagi. Hati mereka masih diliputi rasa cemas, kawatir para pengawal kalah melawan para penyamun.
Dalam keremangan pagi itu tiba-tiba menyeruak bayangan seseorang yang berjalan ke arah pintu goa. Ia berjalan agak sempoyongan. Salah seorang anggota rombongan pedagang yang melihatnya segera berdiri dan mencabut kerisnya.
"Siapa ?" Hardik orang yang di goa itu.
"Aku. Pengawal. Hendak mengabari kalian, bahwa kita bisa mengusir para penyamun." Kata orang yang baru datang.
"Syukurlah. Kita masih mendapat perlindungan Hyang Widi." Kata seorang pedagang yang juga ikut berdiri.