" Benar. Tapi tidak dalam waktu dekat. Kita menunggu isyarat orang-orang kita yang telah menyusup ke istana itu."
Sibotak mengangguk-anggukan kepala. Barulah ia tahu rahasia dibalik pembuatan ratusan rakit yang diperintahkan oleh Jaran Lebong kepercayaan sang maha dewi.
Menjelang siang beberapa pedati yang disewa para petani itu berdatangan, namun jumlahnya hanya belasan. Terpaksa pembagian kelompok dilakukan saat itu. Kelompok pertama berangkat dari Tembelang ke timur, menuju hutan di sebelah selatan istana Giriwana.
Sementara esok harinya kelompok kedua berangkat menuju hutan di dekat Juangbang. Â Namun lain lagi dengan kelompok ketiga, ada perubahan rencana untuk melanjutkan perjalanan lewat sungai Brantas, dan merapatkan rakit-rakit mereka di dekat hutan sebelah utara istana Giriwana.
Demikianlah para pendatang dari selatan itu telah sampai tujuan sementara mereka. Mereka segera membuka hutan di tempatnya yang baru. Membuat barak-barak untuk tempat tinggal mereka, sambil menunggu datangnya perintah berikutnya.
******
Sementara itu di barak pasukan khusus yang di pimpin oleh senopati Naga Wulung terus dengan giatnya melakukan latihan-latihan yang berat. Saban pagi ketika matahari belum terbit calon-calon prajurit itu dibawa keluar barak untuk berlari-lari. Semula melewati jalan-jalan pedesaan di wilayah kademangan Maja Dhuwur, namun lain hari dibawa ke sungai untuk melakukan hal serupa namun sambil meloncat-loncat di atas batu.
Calon prajurit yang dilatih oleh Sekar Arum demikian pula, melakukan kegiatan yang sama. Gadis itu juga membawa gadis-gadis dibawah bimbingannya melakukan lari pagi menjelang matahari terbit. Namun rute jalan yang dilaluinya berbeda. Hal ini terlebih dahulu dirundingkan oleh senopati Naga Wulung dan Sekar Arum saat mereka di rumah Mbok Darmi.
Kini Sekar Arum tidak lagi sendirian melatih gadis-gadis itu, gurunya ikut membantu bersama mentrik-mentrik kepercayaan Nyai Rukmini. Hal ini dilakukan karena belum ada instruktur prajurit wanita yang bisa di datangkan dari Istana Giriwana untuk ikut melatih calon-calon prajurit yang dipercayakan padanya.
Berbeda dengan senopati Naga Wulung, istana Giriwana telah mengirim dua puluh prajurit untuk membantunya. Masing-masing prajurit itu mendapatkan tugas yang berbeda-beda. Ada yang bertugas untuk memimpin calon-calon prajurit itu saat melakukan pemanasan di pagi hari. Ada pula yang bertugas untuk memimpin latihan bersama di lapangan terbuka yang diikuti semua calon prajurit.
Setelah istirahat siang calon-calon prajurit  itu dibagi-bagi ke dalam kelompok kecil, masing-masing bagian diperintah untuk memasuki sanggar-sanggar yang telah dipersiapkan. Kelompok-kelompok kecil itu dipimpin oleh instruktur-instruktur yang mengajarkan keahlian-keahlian mereka masing-masing. Serta melakukan latihan dengan peralatan khusus yang tersedia di masing-masing sanggar.