Dulu pernah kubertanya dalam hati, jika usia senja nanti apa yang dapat aku kerjakan ?
Ternyata jawabannya ini, menulis. Aktifitas ini benar-benar telah memotivasiku, untuk tetap giat menjalani hidup. Beruntunglah aku ketemu kompasiana. Setiap hari aku bisa menyapanya.
Usiaku sudah 60 tahun. Liku-liku hidup telah aku temui. Jalan panjang juga telah aku lewati. Duka nestapa pernah aku kenyam. Suka gembira juga telah aku rasakan.
Ketika gagal menyelesaikan kuliah, aku pulang kampung. Karena tak tahan luapan rasa kecewa keluarga, aku putuskan menikah. Tanpa bekal penghasilan yang cukup.
Awalnya aku buka kursus bahasa Inggris. Untuk siswa SMP dan SMA. Pendaftarnya lumayan. Angkatan pertama 26 anak. Tapi mereka putra dan putri teman dan tetangga. Saat diminta spp, alasannya ada saja. Meskipun demikian toh aku bisa bertahan lebih setahun.
Kemudian ada permintaan mengajar SMA swasta. Tahun pertama hanya satu sekolah, tahun kedua hingga tiga sekolah. Â Meski gajinya tak cukup untuk beli susu dan cerelak anakku yang baru lahir untuk kebutuhan sebulan. Tetapi aku tetap bertahan. Empat tahun aku harus mengayuh sepeda onthel 14 km tiap hari.Â
Kerja jadi guru berhenti. Sepeda onthel terjual. Gara-gara undangan teman agar kirim orang ikut demo di Jakarta zaman orba. Biaya tak punya, akhirnya sepeda aku lego saja. Untuk ongkos kereta 6 orang. Janji akan diganti biaya urung, karena demo bubar dikejar-kejar tentara.
Hidup masih harus berjalan. Â Mulut dan perut juga butuh umpan. Ditambah mertua perempuan gabung serumah. Beban hidup bertambah. Cekcok mulut mulai menjamah.
Namun jalan masih terbuka. Ide buka warung nasi untuk mertua terlaksana. Pelanggan banyak sekali. Omset jual bertambah dari hari kehari.Â
Isteri kerja di kantor perguruan tinggi dekat rumah. Kesejahteraan hidup bertambah.