Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Lahir Tumpeng-Gunungan (1)

11 Maret 2024   18:08 Diperbarui: 13 Maret 2024   17:08 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap lakukan puja diikuti seluruh warga desa. Tua muda, laki perempuan.  Rasa syukur mereka panjatkan dalam puja, karena keberlimpahan panen yang dapat menyambung hidup mereka sedesa.  Setelah puja selesai mereka berpesta. Makan nasi buah kerja mereka bersama, berlauk daging hasil buruan atau ternaknya.

Esoknya festival seni di selenggarakan. Bakat dan ketrampilan seni dipamerkan dan dilombakan. Wanitanya menari dan menyanyi, prianya adu ketangkasan berkelahi. Pemenangnya disiapkan ikut lomba di praja yang lebih tinggi, untuk berusaha rebut juara. Sisanya yang telah berumur dimasukkan barisan pagar desa. (Bersambung)

 

Bendo-Pare, 11 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun